Jumat 24 May 2019 16:09 WIB

Bandara Aceh Kehilangan Penumpang Akibat Harga Tiket Mahal

Bandara internasional Aceh kehilangan 52 ribu penumpang imbas harga tiket mahal.

Red: Nur Aini
Pekerja mengangkut kargo muatan udara dengan kereta barang di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda (SIM) Blangbintang, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Kamis (17/1/2019).
Foto: Antara/Ampelsa
Pekerja mengangkut kargo muatan udara dengan kereta barang di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda (SIM) Blangbintang, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Kamis (17/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda (SIM) di Aceh Besar tercatat, kehilangan jumlah penumpang mencapai 52 ribu orang sepanjang kuartal I-2019 dibandingkan periode yang sama pada 2018 imbas dari mahalnya harga tiket pesawat.

"Terjadi penurunan sekitar 18,61 persen atau sejumlah 51.985 orang penumpang pesawat di Bandara SIM," terang Kepala Badan Pusat Statistik Aceh, Wahyudin di Banda Aceh, Jumat (24/5).

Baca Juga

Ia merinci, pihaknya mencatat di Januari-Maret 2019 total jumlah penumpang yang menggunakan transportasi udara di Bandara SIM 242.943 orang. Sedangkan, di periode yang sama 2018 lebih tinggi berjumlah 294.928 orang.

Menurutnya, tingginya harga tiket maskapai penerbangan terutama rute domestik, telah memberi andil besar terhadap penurunan jumlah penumpang baik mereka yang datang maupun pergi di provinsi berjuluk "Serambi Mekkah" ini.

Bahkan, katanya, mahalnya tiket pesawat menyebabkan mayoritas masyarakat yang tinggal di Aceh lebih memilih untuk transit ke Bandara Kuala Lumpur di Malaysia, sebelum melanjutkan perjalanan ke berbagai daerah di Tanah Air.

Bandara SIM merupakan satu-satunya lapangan terbang internasional di antara 11 bandara terletak di Provinsi Aceh dengan memiliki aktivitas yang tinggi baik lalu lintas pesawat, penumpang maupun barang.

"Tapi penumpang internasional yang berangkat dari Sultan Iskandar Muda di Maret 2019 total 14.826 orang mengalami penurunan 9,55 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Sedangkan penumpang datang 14.893 orang atau meningkat 1,81 persen dibandingkan Februari 2019," tuturnya.

Ia mengatakan, aktivitas pesawat di kuartal I-2019 juga mengalami penurunan sekitar 16,28 persen menjadi 2.305 kali pergerakan dibandingkan periode yang sama pada 2018 jauh lebih banyak tercatat 2.766 kali.

"Berbagai pemangku kepentingan terutama pihak bandara, harus mencari strategi untuk mengembalikan minat penumpang. Bisa mengelar iven berskala nasional di Aceh demi mendatangkan wisatawan," ucap Wahyudin.

Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Aceh menyatakan, bahwa pemerintah seharusnya menurunkan harga tiket pesawat hingga mencapai 45 persen demi meningkatkan gairah wisata ke provinsi tersebut.

"Harusnya TBA (Tarif Batas Atas) tiket pesawat turun hingga 45 persen, bukan 12 persen sampai 16 persen," ujar Sekretaris ASITA Aceh, Totok Julianto.

Ia mengatakan, penurunan tiket pesawat cuma belasan persen tersebut dianggap tidak realistis, karena kenaikan tiket pesawat sudah terjadi selama hampir enam bulan sejak akhir 2018.

Pihaknya menilai persentase penurunan tiket transportasi udara terlalu kecil akibat belum mampu dijangkau masyarakat. Penurunan harga tiket dinilai sulit menumbuhkan minat mengunjungi berbagai tujuan wisata di Aceh.

"Di Desember 2018 hingga Januari 2019 itu, merupakan kenaikan paling tajam sekitar 60 persen lebih. Sampai-sampai orang di Aceh harus transit ke Kuala Lumpur (Malaysia), baru ke Jakarta. Angka realistis penurunan tarif batas atas harus mencapai 45 persen," kata Totok.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement