Kamis 23 May 2019 22:27 WIB

Kominfo: Pembatasan Medsos Meredam Hoaks 22 Mei

Dengan dibatasi, masyarakat jadi lebih banyak mencari info dari media arus utama.

Rep: Mabruroh/ Red: Teguh Firmansyah
Menkominfo Rudiantara (kiri) dan Kepala BIN Budi Gunawan (kanan) menyampaikan perkembangan pascakerusuhan di Jakarta dini hari tadi, di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Rabu (22/5/2019).
Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Menkominfo Rudiantara (kiri) dan Kepala BIN Budi Gunawan (kanan) menyampaikan perkembangan pascakerusuhan di Jakarta dini hari tadi, di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Rabu (22/5/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Rudiantara menyatakan langkah pembatasan terhadap media sosial (Medsos) dianggap efektif dalam meredam hoaks aksi 22 Mei. Facebook hingga Instagram termasuk yang dibatasi.

"Ya (bisa meredam hoaks), efektif, mengapa karena kalau kita menerima katakanlah pesan ada tulisan teks ada gambar, ada video mana yang paling cepat menyentuh emosi kita? video kan," ujar Rudiantara di Gedung Menkopolhukam, Jakarta Pusat, Kamis (23/5).

Baca Juga

Pascamedsos dibatasi, jelas dia, masyarakat jadi lebih banyak mencari informasi dari media-media mainstream. Mereka tidak lagi mencari dan mendapatkan informasi dari medsos.

"Tadinya orang yang lihat di medsos saja jadi lihat TV, baca koran. Karena media mainstream melakukan kaidah jurnalistik, yaitu lakukan cover both side, medsos malah tidak," ungkapnya.

Beberapa aplikasi yang dibatasi yakni, Facebook, Instagram, Twitter, Line, WhatsApp dan YouTube. Ia menambahkan, bahwa dengan pembatasan yang dilakukan Kominfo ini tidak menutup seluruh aktivitas masyarakat dalam menggunakan media sosial.

"Pemerintah tidak menutup sarana komunikasi, masyarakat tapi melakukan pembatasan. toh masih bisa teks," terangnya.

Untuk diketahui, sebelum dilakukan pembatas terhadap media sosial ini banyak berseliweran di dunia maya video maupun foto-foto diduga terkait Aksi 22 Mei.

Sayangnya banyak juga video yang tidak terkait dengan aksi 22 Mei namun dinarasikan ulang untuk tujuan menciptakan dan menimbulkan emosi masyarakat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement