Kamis 23 May 2019 19:57 WIB

Putra Ikhlaskan Kiai Maruf untuk Bangsa

Majunya Kiai Maruf dinilai keluarga sebagai jalan membangun bangsa lebih baik.

Rep: Muhyiddin/ Red: Indira Rezkisari
Calon Wakil Presiden nomor urut 01 Maruf Amin membaca koran di rumahnya, Jakarta.
Foto: Antara
Calon Wakil Presiden nomor urut 01 Maruf Amin membaca koran di rumahnya, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasangan calon nomur urut 01, Joko Widodo dan KH Ma'ruf Amin telah dimumkan sebagai pemenang Pilpres 2019. Putra Kiai Ma'ruf, Ahmad Syauqi pun mengikhlaskan ayahnya yang akrab disapa abah untuk membangun bangsa Indonesia ke depannya.

Menurut pria yang akrab disapa Gus Syauqi ini, sejak awal pihak keluarga memang sudah mengikhlaskan. Majunya Kiai Ma'ruf merupakan sebuah keharusan untuk membangun bangsa ke arah yang lebih baik.

Baca Juga

"Abah ini kan kita ikhlaskan bukan karena kesempatan tapi sebuah keharusan," ujar Gus Syauqi saat berbincang dengan Republika.co.id, Rabu (23/5).

Gus Syauqi merupakan Ketua Dewan Penasehat Master C19 Portal KMA, salah satu kelompok relawan yang didirikan untuk mengawal program-program Kiai Ma'ruf dalam Pilpres 2019. Setelah sukses mengawal Abahnya, Gus Syauqi akan kembali lagi mengurus Pondok Pesantren An-Nawawi di Tanara, Banten.

Sementara, Kiai Ma'ruf sendiri saat ini masih menjabat sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat. Namun, menurut Gus Syauqi, setelah Kiai Ma'ruf dilantik otomatis Kiai Ma'ruf akan mundur sebagai Ketum MUI sesuai dengan mekanisme yang berlaku.

"Kalau sudah dilantik nanti mundur dari Ketum MUI, tapi tetap ada proses mekanismenya," kata Gus Syauqi.

Menyikapi terkait adanya unjuk rasa yang sempat ricuh di Jakarta, Gus Syauqi menyesalkan adanya aksi kekerasan yang sampai membuat masyarakat meninggal. Dia pun meminta kesadaran masyarakat agar menjaga kondusivitas suasana selama Ramadhan.

Jika pun ada yang ingin menyampaikan aspirasi lewat aksi, menurut dia, maka penyampaiannya harus dilakukan dengan cara aman dan damai. "Mudah-mudahan dikasih kesadaran bagi semuanya. Ada mekanisme yang bisa ditempuh, ada aturan, ada sistem. Kalau tidak ada mekanisme, ya kembali ke zaman barbar," kata Gus Syauqi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement