Kamis 23 May 2019 13:05 WIB

Pedagang dan Buruh Angkut Pasar Tanah Abang Merugi

Pedagang dan buruh angkut berharap kericuhan diakhiri.

Red: Nur Aini
Kuli angkut melintas di antara kendaraan bermotor yang terjebak kemacetan di kawasan Pasar Tanah Abang, Jakarta, Rabu (15/5/2019).
Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Kuli angkut melintas di antara kendaraan bermotor yang terjebak kemacetan di kawasan Pasar Tanah Abang, Jakarta, Rabu (15/5/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pedagang yang memiliki bisnis di Blok A dan B Pasar Tanah Abang Jakarta mengharapkan kericuhan yang terjadi sejak 21-22 Mei 2019 bisa diakhiri, sehingga aktivitas perekonomian bisa kembali normal.

"Ya kami berharap sama menahan diri dan mengalah demi kepentingan rakyat yang lebih besar," kata salah seorang pedagang tekstil di Pasar Tanah Abang Blok A, Teong (40 tahun), di Jakarta, Kamis (23/5).

Baca Juga

Menurut dia, kericuhan membuat banyak masyarakat dirugikan, baik kerugian finansial maupun psikis. "Bagi kami pedagang rugi sepuluhan juta rupiah per hari, kami juga menghidupi keluarga, menggaji karyawan, apalagi ini sudah hampir lebaran," kata dia.

Pasar Tanah Abang Blok A dan B, kata dia, mulai ditutup operasionalnya sejak pagi Kamis, dan baru akan dibuka kembali jika situasi dinyatakan kondusif. Pedagang lainnya, Salman (50 tahun) mengatakan dirinya merugi Rp 10 juta per hari jika pasar ditutup total aktivitas perdagangannya.

"Kita berharap pemerintah bisa menemukan solusi agar situasi bisa segera kondusif, bagi yang membuat ricuh tolong akhiri demi masyarakat banyak," kata Salman.

Harapan senada juga disampaikan oleh seorang buruh angkut, Mamet (57 tahun), kericuhan mengakibatkan dirinya kehilangan pendapatan ekonomi untuk keluarga. "Biasanya pada hari normal saya dapat rata-rata Rp 80 ribu untuk kebutuhan keluarga sehari-hari, dengan ditutup saya tidak dapat apa-apa," ujarnya. Ia berharap pembuat ricuh menyudahi aksi mereka karena banyak rakyat kecil yang bisa kesulitan memenuhi kebutuhan keluarga.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement