Kamis 23 May 2019 12:31 WIB

Dompet Dhuafa Mengaku Jadi Korban Aparat, Ini Kronologinya

Dua anggota tim Dompet Dhuafa terluka dan terpaksa dilarikan ke RSPAD.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Teguh Firmansyah
Barang-barang sisa bentrokan antara massa dengan polisi di depan gedung Bawaslu, Jakarta, Rabu (22/5) malam, aksi tersebut berlangsung ricuh.
Foto: Republika/Prayogi
Barang-barang sisa bentrokan antara massa dengan polisi di depan gedung Bawaslu, Jakarta, Rabu (22/5) malam, aksi tersebut berlangsung ricuh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi unjuk rasa terkait pengumuman hasil Pemilihan Umum Serentak 2019 diwarnai kericuhan. Menjelang berakhirnya aksi pada Rabu (22/5) malam, tim medis Dompet Dhuafa mengaku mendapat penyerangan dari aparat kepolisian yang bertugas.

Dalam keterangan yang diterima Republika.co.id, Kamis (23/5), pihak Dompet Dhuafa membeberkan kronologi dari penyerangan yang dilakukan aparat kepolisian terhadap tim medis mereka.

Baca Juga

Berikut kronologinya;

Pukul 23.50

Tim medis Dompet Dhuafa mendapat instruksi untuk bergerak dari posisi sebelumnya di persimpangan Jalan Sabang. Tim pertama di kendaraan Isuzu Panther terdiri dari 1 orang perawat, 2 tim dokumentasi, dan 1 orang pengemudi. Tim kedua dengan kendaraan taktis Toyota Hilux terdiri dari 2 orang perawat dan beberapa orang tim pendukung.

Pukul 00.16 WIB

Dalam waktu yang sangat singkat pasukan pemukul massa yang terdiri atas satuan Brimob dan polisi berpakaian preman datang mengusir massa yang berada di sekitaran Sarinah. Kepolisian datang meringsek dan mendekati kendaraan Dompet Dhuafa. Tim yang ada di dalam kendaraan Dompet Dhuafa diminta turun.

Tim pertama yang ada di dalam kendaraan Panther enggan turun. Beberapa aparat seketika memukul kendaraan Isuzu Panther dengan tameng dan tongkat pemukul. Kaca bagian depan belakang dan sebelah kanan hancur. Tak berselang lama, kendaraan berhasil keluar dari kerumunan dan pergi meninggalkan lokasi.

Sementara itu, tim kedua yang berada di kendaraan Toyota Hilux mengikuti perintah untuk turun dan mereka diminta jongkok di depan kendaraan oleh seorang aparat. Satu anggota tim lainnya terjatuh dari kendaraan dan langsung dipukul dan diinjak oleh anggota kepolisian.

Sedangkan anggota kepolisian yang lain membentak-bentak mereka. Padahal, dikatakan Dompet Dhuafa, bahwa tim medisnya sudah menyampaikan berkali-kali bahwa mereka adalah Tim Medis.

"Seketika anggota kepolisian semakin banyak dan menyuruh kami untuk pergi. Ketika kami akan pergi itulah anggota kepolisian memukul, baik dengan rotan maupun tameng, juga menendang," demikian pernyataan Dompet Dhuafa.

Akibatnya, dua orang tim mengalami luka cukup serius di bagian kepala dan dilarikan ke Rumah Sakit Angkatan Darat. Pada saat yang sama, mobil mereka yang sudah mulai bergerak dihentikan oleh salah seorang dari Brimob. Tim medis DD menyampaikan bahwa mereka adalah tim medis. Namun, aparat tersebut tetap memukul kaca mobil bagian depan berulang kali dan menyuruh untuk maju.

Selanjutnya, terdapat anggota lain yang memukul kaca depan berulang kali hingga pecah. Satu orang anggota polisi juga mengeluarkan senjata api sejenis FN yang ditodongkan ke arah mereka.

Kemudian, mereka diminta untuk membuka kaca dan saat itu kunci langsung dimatikan kemudian dicabut dan dilempar ke dashboard. Pada saat bersamaan, anggota lainnya memukul spion kanan dan kaca samping hingga pecah berantakan.

Pukul 01.00 WIB

Semua tim berhasi keluar dari lokasi. Sementara 2 orang yang mengalami luka-luka langsung dibawa ke RSPAD untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. "Alhamdulillah, kedua orang tim kami yang dirawat di RSPAD telah diperbolehkan pulang."

Dari pernyataan DD, laporan atas insiden penyerangan oleh aparat kepolisian itu dikumpulkan dari sejumlah anggota tim DD. Mereka di antaranya, Dian Mulyadi, Pundi Vito, Ahmad Riyadi, Yahmin, Abdul Aziz, M. Awaludin, Hendi Saputra, Eka Suwandi, Adi Malo, Dr. Syarif, Sigit (perawat), Sari Bunga (Perawat).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement