Selasa 21 May 2019 18:36 WIB

Pengamat: Transjakarta Perlu Sasar Pekerja Bandara

Belum ada layanan bus kota yang mengakomodasi pekerja di kawasan bandara

Rep: Mimi Kartika/ Red: Esthi Maharani
Transjakarta
Foto: Republika/Yasin Habibi
Transjakarta

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat transportasi dari Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) Indonesia Yoga Adi Winarto menyarankan agar layanan Transjakarta bandara menyasar para pekerja bandara. Sebab, belum ada layanan bus kota yang mengakomodasi pekerja di kawasan bandara yang terjangkau secara harga dan akses.

"Saya pikir itu menarik banget dan yang naik bukan penumpang pesawat, tetapi orang-orang yang kerja. Para pekerja ini yang selama ini terlupakan karena mereka pikirnya ya sudahlah naik motor atau apa," ujar Yoga saat dihubungi Republika, Selasa (21/5).

Ia menjelaskan, Transjakarta bisa membuka layanan seperti biasa melayani warga Ibu Kota dengan tarif Rp 3.500. Bedanya, rute ini akan menuju ke kawasan bandara dengan melintasi sejumlah titik sebagai naik/turun penumpang.

Sehingga, kata dia, layanan Transjakarta nantinya bukan point to point seperti bus layanan bandara yang sudah ada sebelumnya. Dengan demikian, para calon penumpang pesawat juga tidak serta merta menggunakan layanan Transjakarta yang hanya bertarif Rp 3.500.

Sebab, lanjut Yoga, para calon penumpang pesawat membutuhkan waktu tempuh yang lebih cepat serta mengakomodasi barang bawaan. Ia mencontohkan, jika Damri dari Stasiun Gambir hanya membutuhkan waktu 40 menit, sedangkan Transjakarta mencapai 1,5 sampai dua kali lipatnya.

Karena Transjakarta harus mengangkut maupun menaikturunkan penumpang di tiap-tiap pemberhentian. Untuk memaksimalkan mengantarkan para pekerja di kawasan bandara.

"Jangan ini seolah-olah Transjakarta itu akan mensubsidi penumpang bandara. Sebenarnya goalnya adalah ini untuk pekerja. Makanya layanan mereka juga bukan layanan premium, berhentinya juga banyak di halte-halte yang lain," jelas Yoga.

Ia menambahkan, selama ini belum ada bus kota yang bisa melayani para pekerja di bandara. Padahal kawasan bandara sendiri itu sangat luas, sekitar lima kilometer. Ia menyarankan, harus dipikirkan untuk layanan shuttle di sekitarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement