Selasa 21 May 2019 03:03 WIB

KNH Gelar Peringatan Hari Kebangkitan Nasional

Peringatan Hari Kebangkitan Nasional dilanjutkan dengan Tundung Larung Sengkuni

Masyarakat Yogyakarta yang tergabung dalam Kawula Ngayogyakarta Hadiningrat (KNH) merayakan Hari Kebangkitan Nasional
Foto: Istimewa
Masyarakat Yogyakarta yang tergabung dalam Kawula Ngayogyakarta Hadiningrat (KNH) merayakan Hari Kebangkitan Nasional

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat Yogyakarta yang tergabung dalam Kawula Ngayogyakarta Hadiningrat (KNH) merayakan Hari Kebangkitan Nasional yang jatuh pada Senin (20/5).  Dalam kegiatan yang dilangsungkan di Tugu Pal Putih, Yogyakarta, Senin sore, mereka berupaya merangkai kembali kecintaan pada NKRI. 

Semangat kebangsaan atau rasa nasionalisme pada NKRI memang sudah diawali sejak era 1908, yaitu ketika berdirinya perkumpulan Budi Utomo, yang di Motori oleh dr Wahidin Sudirohusodo dan Dr Sutomo dan kawan-kawan.

Dari spirit kebangsaan tersebut berlanjut pada 1928 dengan lahirnya Sumpah Pemuda. Dari lahirnya Budi Utomo 20 Mei 1908 itulah para tokoh menetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Dari perjalanan panjang sejarah negeri ini menuju kemerdekaan 1945, tiga tokoh besar Indonesia, yaitu Muhammad Yamin, Soepomo, dan Soekarno merumuskan Pancasila sebagai dasar haluan negara dan pandangan hidup bangsa yang disepakati secara bersama. 

Namun, akhir-akhir ini rasa nasionalisme itu mulai terusik oleh kepentingan politik sesaat sebagai konsekuensi logis dari sebuah negara demokrasi. 

"Berangkat dari rasa keprihatinan ini, kami masyarakat Yogyakarta, yang tergabung dalam Kawula Ngayogyakarta Hadiningrat (KNH) bermaksud mengadakan peringatan hari Kebangkitan Nasional sebagai upaya merangkai kembali kecintaan pada negeri tercinta ini. Juga sekaligus mengembalikan Marwah Pancasila sebagai pemersatu dan menganyam spirit pluralisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," ujar Koordinator KNH, Sigit Sugito, melalui keterangan tertulis, Senin (20/5).

Peringatan Hari Kebangkitan Nasional dilanjutkan dengan prosesi Tundung Larung Sengkuni dari Yogya. Dalam cerita pewayangan, Sengkuni adalah tokoh antagonis yang istimewa, tapi keistimewaannya bukan dalam hal yang positif. 

Sengkuni adalah gambaran manusia yang penuh kelicikan, kebusukan, dan jahat. Walau sebenarnya Sengkuni adalah tokoh yang tangkas, pandai bicara dan penuh akal. Namun kepandaian itu justru dimanfaatkan untuk memfitnah dan mencelakakan orang lain. 

"Tokoh-tokoh Sengkuni inilah yang banyak bermunculan di negeri ini," lanjut Sigit.

Acara ini dimaknai sebagai upaya mengusir sifat-sifat Sengkuni yang ada di negeri ini dan khususnya di Yogyakarta sebagai daerah istimewa yang menjunjung tinggi toleransi, pluralitas, dan kerukunan beragama. Acara ini juga dimaknai sebagai mengusir pengaruh jahat dalam masyarakat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement