Senin 20 May 2019 16:38 WIB

Cendekiawan Muda Muhammadiyah Serukan Persatuan Nasional

Pernyataan Cendekiawan Muda Muhammadiyah ini dalam rangka peringatan Harkitnas

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Hasanul Rizqa
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menggelar workshop bertemakan  'Enterpreneur Berbasis Budaya', Jumat (17/5).
Foto: Dok UMM
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menggelar workshop bertemakan 'Enterpreneur Berbasis Budaya', Jumat (17/5).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Sejumlah akademisi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menyerukan agar segenap elemen bangsa mengutamakan persatuan nasional. Hal ini disampaikan dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas), Senin (20/5) di Hall Dome UMM, Malang, Jawa Timur.

Mereka yang tergabung dalam Cendekiawan Muda Muhammadiyah UMM ini terdiri atas Nasrullah, Pradana Boy, Rina Wahyu Setyaningrum, Luluk Dwi Kumalasari dan Yana Safry.

Baca Juga

Juru bicara (Jubir) Cendekiawan Muda Muhammadiyah UMM, Pradana Boy menjelaskan, perkumpulan akademisi ini terdorong adanya situasi kebangsaan saat ini yang menurutnya mengalami banyak gejolak. "Yang mungkin bagi sebagian orang membingungkan," kata Pradana kepada wartawan di Hall Dome UMM, Senin (20/5).

Jika masalah pergejolakan tidak dikelola dengan baik, maka akan terjadi masalah yang tak diinginkan. Dalam hal ini akan menjadi ancaman terhadap persatuan dan kesatuan anak bangsa.

Berdasarkan fenomena tersebut, Pradana mengatakan, pihaknya memiliki sebuah agenda besar untuk kepentingan bangsa. Agenda ini tidak akan tercapai apabila persatuan tak menjadi bagian kehidupan Indonesia. Para cendekiawan muda Muhammadiyah UMM ingin menumbuhkan rasa kebangkitan nasional dengan semangat energi positif Ramadhan.

"Karena sebuah kesadaran dan tanggung jawab sosial sebagai cendekiawan didukung oleh mentor Muhammadiyah dan UMM, kami bermaksud menyertakan seruan kebangsaan. Berlima di sini sama-sama membacakan seruan kebangsaan," tambah pria yang disapa Boy ini.

Adapun isi seruan bangsa tersebut antara lain, menyadari pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa sebagai fondasi kebangkitan bangsa Indonesia. Dengan demikian dpaatemcaoai kemajuan dan membangun masa depan yang gemilang.

Poin kedua, yakni menghormati setiap proses demokrasi dan memandangnya sebagai mekanisme rutin dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Juga tidak menjadikannya sebagai pemicu fragmentasi dan konflik antaranak bangsa.

Selanjutnya, mengajak para tokoh masyarakat dan pemimpin agama untuk menjadi perekat umat. Mereka juga harus menjadi penyejuk situasi serta peredam ketegangan.

Diharapkan juga agar membantu bersama-sama menghindari menjadikan agama sebagai tameng dan instrumen meraih kepentingan-kepentingan sesaat. Pasalnya, nilai-nilai agama terlalu luhur untuk terus menerus diproduksi dan direproduksi sebagai legitimasi. Terlebih terhadap kepentingan-kepentingan primordial yang bersifat temporal dan fragmentasi.

"Dan mendukung pemerintah sah saat ini untuk bersikap tegas dan kiat dalam menghadapi setiap upaya memecah belah bangsa," jelas Boy bersama para cendekiawan muda Muhammadiyah UMM lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement