Senin 20 May 2019 13:11 WIB

Menteri PUPR Targetkan Jalur Sabuk Merah Selesai 2020

Tahun ini akan ada penambahan jalan untuk jalur Sabuk Merah mencapai 46 kilometer.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono meninjau jembatan Baukama Hasmetan yang berada di jalur Sabuk Merah, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, Senin (20/5).
Foto: Republika/Dwina Agustin
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono meninjau jembatan Baukama Hasmetan yang berada di jalur Sabuk Merah, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, Senin (20/5).

REPUBLIKA.CO.ID, ATAMBUA -- Pengerjaan jalur Sabuk Merah di Nusa Tenggara Timur (NTT) terus dikejar. Target penyelesaian proyek tersebut pada tahun 2020.

"Sampai 2018 jalur sudah tembus semua, yang sudah teraspal baru 85 kilometer," ujar Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono ketika meninjau jalur Sabuk Merah, Senin (20/5).

Baca Juga

Melalui Direktorat Jenderal Bina Marga Balai Pelaksanan Jalan Nasional X Kupang, jalur Sabuk Merah ini menyusuri perbatasan NTT dengan Timor Leste.  Jalan tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu Sabuk Merah Sektor Timur di kabupaten Belu dan Sabuk Merah Sektor Barat di daerah Timor Tengah Utara.

Basuki menjelaskan, tahun 2019 akan ada penambahan jalan untuk jalur Sabuk Merah mencapai 46 kilometer.  Dengan begitu, tahun 2020 dapat membentang jalan sepanjang 179.99 kilometer yang menghubungkan pos-pos keamanan di lintas perbatasan.

Dari target jalur 179.99 kilometer, akan dibangun 44 jembatan. Pada 2017 baru terbangun 4 buah jembatan dan 2018 terbangun 12 jembatan. Direncanakan pada tahun ini akan dibangun 15 jembatan dengan total panjang 350 meter.

Saat ini Sabuk Merah Sektor Barat memang masih belum tergarap.  Meski begitu,  Sabuk Merah Sektor Barat rencana akan terbentang sepanjang 130,88 km dengan 12 buah jembatan.

Pembuatan jembatan di sepanjang jalur Sabuk Merah memang penting. Hal ini melihat kondisi sungai yang begitu luas dan sering berubah aliran setiap kali musim hujan mulai tiba.

Basuki mengatakan, tipe sungai di NTT memang sifat yang ketika musik kemarau akan kering hingga bisa menjadi jalur untuk kendaraan bermotor. Namun, ketika musim hujan tiba, maka air akan meluap dan beraliran tidak menentu.

Contoh saja jembatan di atas aliran sungai Baukama yang sedang dalan proses pembangunan. Basuki mengatakan, jembatan yang menghubungkan desa Halimodok dan Dafala ini akan rampung pada Juni tahun ini.

Aliran sungai ini, menurut Basuki memiliki debit air yang besar akibat curah hujan di daerah hulu. Meski begitu, masalah tersebut bukan tantangan untuk penggarapan jalur Sabuk Merah.

"Tantangannya paling panas saja kalau material banyak," kata Basuki.

Target penyelesaian jalur tersebut diharapkan berjalan lancar. Terlebih melihat tidak ada halangan berarti untuk menyelesaikannya sesuai target yang direncanakan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement