REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya baru saja meresmikan 70 taman baru, yang tersebar di seluruh wilayah Kota Pahlawan. Rinciannya, Surabaya Pusat empat taman, Surabaya Utara 10 taman, Surabaya Selatan 16 taman, Surabaya Timur 26 taman, dan Surabaya Barat 14 taman.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengungkapkan, dengan diresmikannya taman-taman tersebut, Surabaya memiliki 400 lebih taman yang tersebar di seluruh wilayah. Taman-taman tersebut dibangun untuk penghijaun kota. Risma menyatakan, sekitar 30 persen dari wilayah Kota Surabaya, merupakan taman, yang diyakininya mampu menurunkan suhu udara.
"Hasilnya, saat ini suhu udara di Kota Surabaya telah turun sekitar dua derajat celcius. Dulu Surabaya rata-rata 36 derajat celcius, sekarang sudah 34 derajat ke bawah dan itu ada datanya. Nanti sampai suhu udara di Kota Surabaya mencapai 20 hingga 22 derajat celcius," kata Risma di Surabaya, Jumat (17/5).
Salah satu taman yang baru saja diresmikan itu adalah Taman Ex Incinerator, yang merupakan bagian dari Taman Harmoni Keputih. Taman baru itu memiliki luas lahan mencapai 2,8 hektar, dengan luasan lahan yang sudah dibangun baru sekitar 1,2 hektar.
Risma mengatakan, pembangunan taman tersebut juga bertujuan untuk menyuburkan kembali tanah yang sebelumnya merupakan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah. Tanah di sana dirasanya perlu penyuburan setelah sekitar 11 tahun tertimbun sampah.
Wali kota perempuan pertama di Kota Pahlawan itu menjelaskan, di taman Ex Incinerator, terdapat sarana ruang publik kreatif. Seperti teater terbuka berbentuk lingkaran, dan ruang khusus pameran hasil karya warga Surabaya. Taman ini diakuinya, memang dikhususkan untuk ruang publik kreatif.
“Taman ini akan lebih bagus dari taman-taman yang ada di luar negeri sekali pun. Karena taman ini penuh bunga. Kalau di sana (negara lain) cuma ada pohon sama rumput, kalau di sini penuh bunga,” ujar Risma.
Selain sebagai ruang publik kreatif, Taman Ex Incinerator juga merupakan taman lingkungan. Karena itu Risma berharap, melalui taman tersebut ke depan dapat menjadi wadah untuk mencari solusi berbagai permasalahan Kota Surabaya.
Risma menjelaskan, pembangunan Taman Ex Incinerator menggunakan dana APBD Surabaya, dana CSR, serta bantuan dari United Cities Local Government (UCLG). Menurutnya, semua taman yang ada di Kota Surabaya memiliki konsep desain yang berbeda-beda.
“Setiap taman yang saya bikin selalu punya konsep yang berbeda, lagi pula kalau didesain sama, masyarakat akan bosan datang ke taman karena semua sama,” imbuhnya.
Risma kemudian menceritakan usahanya mengubah bekas TPA menjadi Taman Harmoni. Pertama, sebelum lahan tersebut dibangun taman, kata Risma, harus dipastikan gas metan yang ada di lokasi tersebut tidak lagi keluar.
“Jadi saya minta bantuan dari ITS untuk meyakinkan apakah sudah tidak ada gas metannya, karena gas metan itu yang dapat merusak lapisan ozon,” ujar perempuan kelahiran Kediri ini.
Kedua, lanjut Risma, agar gas metannya tidak keluar, maka dilakukan pengurukan, menggunakan tanah galian dari sungai setinggi satu meter. Pengurukan juga akan berpengaruh pada cengkraman akar tanaman, yang bisa tumbuh subur dan lebih kuat.
“Setelah sampe satu meter itu akarnya bisa tumbuh, itu artinya tumbuhan itu sudah bisa hidup. Nah, nanti kalau tumbuhannya sudah bisa masuk ke dalam sampah, dia sudah kuat posisinya,” kata dia.