Kamis 16 May 2019 16:37 WIB

Belum Ada Tersangka Kerusuhan Laga PSS Sleman Vs Arema

Polisi telah melepas enam orang yang diamankan pascakerusuhan di Stadion Maguwoharjo.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Bayu Hermawan
Polisi mengamankan penonton saat terjadi kericuhan pendukung saat pertandingan perdana Liga 1 antara PSS Sleman melawan Arema FC di Stadion Maguwoharjo, Sleman, DI Yogyakarta, Rabu (15/5/2019).
Foto: Antara/Andreas Fitri Atmoko
Polisi mengamankan penonton saat terjadi kericuhan pendukung saat pertandingan perdana Liga 1 antara PSS Sleman melawan Arema FC di Stadion Maguwoharjo, Sleman, DI Yogyakarta, Rabu (15/5/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Polda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengatakan, belum ada yang ditetapkan sebagai tersangka terkait kerusuhan di pertandingan PSS Sleman melawan Arema FC di Stadion Maguwoharjo, Rabu (15/5) malam kemarin. Polisi juga telah melepaskan enam orang yang diamankan usai kericuhan di laga perdana Liga 1 musim 2019.

Kabid Humas Polda DIY, AKBP Yulianto mengatakan semua orang yang diamankan dipulangkan lantaran tidak ada laporan yang masuk. Artinya, hingga kini belum ada pelaku kerusuhan yang ditangani Polda. "Diamankan itu proses pencegahan supaya (kericuhan) tidak berkembang lebih luas lagi, sehingga beberapa orang diamankan," kata Yuli saat ditemui di Mapolda DIY, Kamis (16/5) siang.

Baca Juga

Yuli menjelaskan, hingga Kamis siang belum ada korban baik luka-luka atau meninggal yang masuk ke Polisi. Termasuk, laporan-laporan kerusakan yang ternyata juga belum diterima Polisi. Ia menerangkan, pelaksanaan Liga 1 sendiri izinnya dikeluarkan Mabes Polri. Meski rekomendasi datang dari Polda DIY, tapi jika ada kendala tentu saja akan dilakukan evaluasi.

Soal pada laga PSS Sleman kontra Arema Malang yang diwarnai ricuh, ia menekankan pasti akan ada evaluasi. Dari sejumlah aspek, evaluasi pengamanan tentu akan menjadi yang utama. "Kurangnya apa, yang belum dilakukan apa, itu pasti dilakukan evaluasi, kalau evaluasi dari pelaksanaan pertandaingan sendiri tentu bukan hanya ranah Polisi," ujar Yulianto.

Rekomendasi untuk menggelar pertandingan tanpa penonton atau menggelar pertandingan di tempat netral diakui bisa saja diberikan. Tapi, untuk PSS kontra Arema memang di luar prediksi. Pasalnya, tidak pernah ada sejarah gesekan yang melibatkan para suporter dari kedua klub tersebut. Walau pada laga itu baru bisa dibubarkan pagi, itu lebih terkait teknis pengamanan.

Kepada suporter, siapapun itu, baik yang memang suporter maupun penonton saja, Yuli menilai, seharusnya bisa menikmati sepak bolanya. Artinya, bukan datang malah untuk membuat kerusuhan. Termasuk, lanjut Yuli, untuk menerima apalagi melempar provokasi. Sebab, jika ada yang melempar provokasi tapi tidak diterima, mungkin tidak terjadi gesekan-gesekan tersebut.

Tapi, ia menekankan, untuk menenangkan suasana tidak cuma jadi porsi Polisi. Ada panita penyelenggara, masing-masing klub, semua punya peran untuk menenangkan suporter atau penonton. "Kalau mengharapkan peran Polisi menenangkan penonton, mungkin Polisi tidak sanggup, tapi harus dari banyak pihak, jadI kalau dikaitkan jumlah personil yang melakukan pengamanan tidak terlalu signifikan," ujar Yuli.

photo
Polisi menghalau pendukung yang ricuh saat pertandingan Liga 1 antara PSS Sleman melawan Arema FC di Stadion Maguwoharjo, Sleman, DI Yogyakarta, Rabu (15/5/2019).

Motor Jurnalis Dirusak

Pertandingan PSS Sleman kontra Arema Malang yang menjadi laga pembuka pelaksanaan Liga 1 diwarnai kericuhan. Tidak cuma kerugian moral, kerugian materil turut diakibatkan kericuhan tersebut.

Kendaraan roda dua seorang jurnalis dari Adi TV, Nuzul Nugraheni, contohnya. Dalam laga yang dimenangkan PSS 3-1 itu, Nuzul harus menerima motornya dirusak orang-orang tidak bertanggungjawab.

Tidak cuma kerusakan akibat lempar-lemparan benda, seperti yang terlihat sekilas di tayangan-tayangan video. Motor Nuzul yang diparkir di sisi barat Stadion Maguwoharjo rusak cukup berat. Mulai dari lampu depan yang pecah, ban yang digembosi, karet tutup tangki bensin yang hilang, pengaman knalpot dicopot, sampai kabel speedometer dicabut. Bahkan, jok motornya hilang dicopot.

"Akhirnya pulangnya motor didorong dibantu teman-teman wartawan yang lain," kata Nuzul kepada Republika, Kamis (16/5) siang.

Atas kejadian itu, Nuzul memang sudah berencana melaporkan tindak kejahatan itu ke Polisi. Terkait itu, Kabid Humas Polda DIY, AKBP Yulianto, berjanji akan melakukan pengusutan. "Sampai saat ini belum ada laporan, tapi nanti kalau memang ada laporan semaksimal mungkin kita lakukan pengusutan," ujar Yuli.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement