REPUBLIKA.CO.ID, Memasuki pekan kedua dalam bulan Ramadhan, para pedagang parsel di depan Stasiun Cikini, Jakarta Pusat sudah tampak menggelar dagangannya di sepanjang Jalan Pegangsaan Timur itu. Setiap tahunnya, menjelang hari raya, terdapat sekitar belasan tenda yang menjadi lapak para pedagang parsel aneka makanan ringan dan peralatan makan pecah belah, seperti piring dan gelas.
Makanan ringan dan minuman, serta barang pecah belah itu dibungkus dan ditata rapih oleh para pedagang. Bungkusan yang cantik dan kreatif terlihat di setiap lapak yang ada. Meski begitu, tidak tampak transaksi jual-beli di sana. Pengunjung yang hanya sekadar melihat-lihat pun tidak terlihat.
Ferlinda (35 tahun), salah satu pedagang parsel khusus makanan dan minuman ringan di tempat tersebut mengatakan, sejak pekan pertama bulan puasa tahun ini ia mulai berjualan di wilayah itu, ia sudah mendapatkan sekitar 50 konsumen. Baik yang hanya sekadar bertanya mengenai harga, maupun yang melakukan booking pemesanan parsel.
“Alhamdullilah, tahun ini sudah ada 50 orderan,” kata perempuan yang akrab disapa Indah itu.
Ia menyebut, pesanan itu kebanyakan berasal dari para pelanggan tetapnya. Ia menuturkan, pelanggan tetapnya itu terdiri dari perusahaan ataupun pihak kantor tertentu.
Ramainya pembeli baru akan terlihat di wilayah Cikini sekitar pekan ketiga bulan puasa. Tepatnya H-7 menjelang Hari Raya Lebaran. Menurut perempuan berusia 30 tahun itu, pada saat seperti memang wajar jika lapak-lapak para pedagang parsel terlihat sepi.
“Pekan depanlah. Pekan ketiga baru keliatan ramainya. Sama kayak tahun lalu, pekan kedua kayak gini juga masih sepi,” ujar dia.
Pedagang lainnya, Reza mengaku, sudah mendapatkan beberapa telepon dari para pelanggan tetapnya yang mulai memesan parsel. Ia menjelaskan, dalam satu kali pemesanan, pelanggan tetapnya bisa membeli hingga puluhan parsel.
Reza menawarkan parsel yang berisi makanan ringan serta barang pecah belah. Ia menyebut, konsumen dapat memilih sendiri jenis makanan maupun minuman yang akan dijadikan isian parsel.
Begitu pun dengan barang pecah. Untuk satu dinner set yang terdiri dari piring, gelas, dan sendok ia banderol dengan harga Rp 350 ribu hingga Rp 1 juta. Sementara satu parsel berisi makanan ringan dan minuman, ia berikan harga Rp 250 ribu–Rp 1 juta. Harga tersebut merupakan harga rata-rata yang ditawarkan oleh para pedagang parsel di sana.
“Tapi kalau langganan biasanya dia enggak mau tahu isian parselnya, dia terima bersih saja. Karena kan dia bisa pesan sampai puluhan parsel,” kata dia.
Hal serupa juga dikatakan Nazriel. Pedagang parsel khusus peralatan makan dari keramik ini mengatakan, ia menerima pesanan isi parsel sesuai keinginan pembeli. Tetapi ia menjelaskan, hal itu hanya dapat ia penuhi ketika pemesanan datang sekitar dua minggu sebelum hari raya. Sebab, ia harus menyiapkan barang sesuai keinginan pembeli.
Namun, rupanya tidak hanya parsel yang bisa dibeli di sekitar Stasiun Cikini. Konsumen juga bisa membeli hanya rak kayunya saja untuk menyusun isian parsel. Seperti yang ditawarkan oleh Reno.
Laki-laki asal Bogor, Jawa Barat itu mengatakan, di tokonya para pembeli dapat membeli hanya rak kayu untuk parsel. “Beli tempatnya saja bisa, bikin parselnya sekalian di sini juga bisa,” ujar dia.
Berbagai macam bentuk dan ukuran rak kayu parsel ada di toko Reno. Mulai dari rak yang memiliki dua susun hingga tiga susun. Harganya pun bervariasi, mulai dari Rp 40 ribu hingga Rp 100 ribu. Tergantung model dan ukuran rak tersebut.
Para pedagang parsel ini merupakan kejadian temporer atau sementara. Sebab, para pedagang parsel ini berjualan pada hari-hari tertentu saja, khusunya menjelang Lebaran dan Hari Raya Natal. Harga parsel yang dipatok para pedagang pun berkisar mulai dari Rp 250 ribu hingga Rp 2 juta.