Sabtu 11 May 2019 19:31 WIB

Saatnya Kaum Muda Berperan Wujudkan Integrasi Bangsa

Kaum muda belum banyak yang menjadi elite.

Red: EH Ismail
Asrorun Ni'am Soleh dalam acara diskusi
Foto: Humas Kemenpora
Asrorun Ni'am Soleh dalam acara diskusi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kaum muda harus berperan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Bermodalkan segala potensi yang dimiliki, mereka sangat mampu untuk membangun kolaborasi nasional yang sangat bermanfaat untuk mendukung pembangunan.

"Pada satu sisi peranan pemuda cenderung lambat di dunia politik, tapi di sisi lain dunia inovasi, ekonomi, teknologi dan lain-lain anak muda justru yang menguasai," kata Deputi Pengembangan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Asrorun Niam Sholeh dalam diskusi bertajuk "Pemuda, Mana Suaramu?" di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu, (11/5).

Peranan pemuda itu sudah pasti mampu mengangkat ekonomi bangsa. Maka dari itu, Niam kurang setuju dengan anggapan yang mengatakan bahwa pemuda zaman sekarang lebih mementingkan dirinya sendiri ketimbang kepentingan bangsa.

photo
Asrorun Ni'am Soleh

Niam mengakui, peran politik kaum muda di ruang-ruang publik relatif rendah di banding awal kemerdekaan. Kalau dulu, katanya, Sudirman memimpin gerilya pada usia 25 tahun. Sukarno mendirikan PNI pada usia 26 tahun dan menjadi Presiden pada usia 44 tahun.

Bung Tomo menggerakkan heroisme yang menjadi tonggak hari pahlawan pada usia 25 tahun. Kiai Wahid Hasyim menjadi Ketua MIAI umur 26 tahun. Aktor politik sekarang masih didominasi kaum tua. Kaum muda belum banyak yang menjadi elite. “Karenanya relevan sekali komitmen Presiden untuk membuka ruang dan kesempatan kaum muda", tegas mantan aktifis mahasiswa 98 ini.

Lebih lanjut Niam menjelaskan, Pemerintah terus berikhtiar untuk melakukan penyesuaian dg tuntutan kebutuhan kaum muda milenial, termasuk percepatan pelibatan kaum muda dalam ruang publik. Kepemimpinan, kepeloporan, dan kemandirian kaum muda yang salah satunya melalui kewirausahaan kaum muda, adalah kunci dalam wujudkan bangsa Indonesia yg mandiri, unggul, dan berdaya saing.

"Organisasi kepemudaan perlu merespon perubahan tsb dg tetap menjaga komitmen kebangsaan, komitmen keberagaman, komitmen kebersamaan, komitmen persatuan, dan komitmen pada NKRI. Ini sebagauli mabda' ataylu batu pijak dalam kehidupan berbangsa", jelasnya.

Diskusi itu dihadiri oleh unsur pemuda dan media. Di samping Niam, narasumber lain dalam diskusi tersebut Roy Kusuma Jaya Ketua Umum PP GMNI, Saddam Jihad Ketua Umum PB HMI, Ahmad Rofiq politisi muda Sekretaris Jenderal Perindo serta Hasanudin Ali CEO Alvara Reseacrh Center.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement