Sabtu 11 May 2019 12:45 WIB

Perang Dagang AS-Cina, Apa Dampaknya Bagi Indonesia?

Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Cina memasuki babak baru.

Rep: Adinda Pryanka, Idealisa Masyrafina/ Red: Elba Damhuri
Donald Trump (kanan) bersama Xi Jinping (kiri)
Foto: VOA
Donald Trump (kanan) bersama Xi Jinping (kiri)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Cina memasuki babak baru. Pemerintah AS resmi memberlakukan kenaikan tarif sebesar 25 persen dari 10 persen terhadap barang-barang impor asal Cina senilai 200 miliar dolar AS. Kebijakan itu mulai diterapkan pada Jumat (10/5) pukul 00.01 waktu Washington atau sekitar pukul 11.01 WIB.

Kementerian Perdagangan Cina mengatakan, pihaknya sangat menyesalkan atas keputusan AS dan berjanji untuk menyerang balik. Hal tersebut meningkatkan ketegangan mengingat kedua belah pihak sedang mengejar pembicaraan terakhir untuk menyelamatkan kesepakatan perdagangan selama dua hari terakhir.

Wakil Perdana Menteri Cina Liu He, Perwakilan Dagang AS Robert Lightizher, dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin diketahui sudah berbicara selama 90 menit pada Kamis (9/5). Mereka berupaya mencari jalan keluar atas perang dagang yang sudah berjalan selama 10 bulan terakhir. Dilansir Economic Times, Jumat (10/5), mereka diperkirakan akan melanjutkan pembicaraan pada Jumat.

Kementerian Perdagangan mengatakan, negosiasi akan terus berlanjut. Mereka berharap kedua negara dapat bertemu di tengah jalan, melakukan upaya bersama, dan menyelesaikan masalah ini melalui kerja sama serta konsultasi.

Namun, pemerintahan Trump memutuskan untuk menaikkan tarif bea impor Cina sebelum negosiasi hari kedua dimulai. Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS (CBP) pun memberlakukan bea masuk 25 persen terhadap kargo dari Cina yang masuk ke AS setelah pukul 00.01 waktu setempat. Untuk barang yang sudah masuk sebelum tengah malam, tetap dikenakan tarif bea asli 10 persen.

"Lebih dari 5.700 kategori produk yang terkena dampak yang meninggalkan pelabuhan dan bandara Cina sebelum tengah malam akan dikenakan tarif bea asli 10 persen," kata juru bicara CBP, kemarin.

Presiden AS Donald Trump sebelumnya memberi importir AS pemberitahuan kurang dari lima hari tentang keputusannya untuk meningkatkan tersebut.

Sektor impor Cina terbesar yang terkena dampak kenaikan tarif impor adalah kategori modem internet, router, dan perangkat transmisi data lainnya senilai 20 miliar dolar AS; diikuti oleh papan sirkuit cetak senilai sekitar 12 miliar dolar AS yang digunakan dalam beragam produk buatan AS.

Mebel, produk pencahayaan, suku cadang mobil, penyedot debu, dan bahan bangunan juga termasuk dalam daftar produk yang dikenakan tarif yang lebih tinggi.

Masa tenggang tidak diterapkan seperti pada tiga putaran tarif pada tahun lalu yang diberlakukan terhadap barang-barang Cina. Saat itu, Pemerintah AS memberikan jeda tiga minggu antara waktu pengumuman dan waktu penerapan bea masuk.

Bank Investasi Goldman Sachs mengatakan, langkah terbaru ini kemungkinan berlangsung selama beberapa pekan ke depan. Sementara itu, negosiasi akan terus berlanjut untuk menghasilkan soft deadline tertentu demi mencapai kesepakatan.

Dengan detail ini, Goldman Sachs menambahkan, sentimen penurunan akan lebih tipis dibanding jika kenaikan tarif berlaku dengan hard deadline. "Ini juga akan membuka peluang kedua pihak untuk mencapai kesepakatan dalam beberapa pekan ke depan meski tetap ada tantangan," ujarnya.

Pada penerapan tarif kali ini, Trump memberikan waktu kurang dari lima untuk memberi tahukan kepada para importir di AS. Sektor paling terpengaruh atas kebijakan tersebut adalah modem internet, router, dan perangkat transmisi data lainnya senilai 20 miliar dolar AS. Selanjutnya, printed circuit board senilai 12 miliar dolar AS yang digunakan dalam beragam produk buatan AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement