Sabtu 11 May 2019 13:05 WIB

Curhatan Perantau Sumbar, THR Habis untuk Beli Tiket Pesawat

Perjalanan mudik ke SUmbar jika menggunakan jalur darat menghabiskan waktu 4-5 hari.

Rep: febrian fachri/ Red: Dwi Murdaningsih
Petugas memeriksa tiket pesawat penumpang di Low Cost Carrier Terminal (LCCT) atau Terminal khusus penerbangan maskapai berbiaya rendah usai peresmian operasionalnya di Terminal 2 F Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Rabu (1/5/2019)
Foto: Antara/Muhammad Iqbal
Petugas memeriksa tiket pesawat penumpang di Low Cost Carrier Terminal (LCCT) atau Terminal khusus penerbangan maskapai berbiaya rendah usai peresmian operasionalnya di Terminal 2 F Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Rabu (1/5/2019)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Para pemudik dari DKI Jakarta untuk tujuan Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) seperti ke Sumatra Barat, Riau dan Sumatra Utara harus menyiapkan biaya lebih banyak untuk mudik lebaran Idul Fitri. Harga tiket pesawat memang sudah mengalami kenaikan drastis sejak akhir 2018 lalu. Harga tiket pesawat semakin tinggi begitu memasuki musim mudik 1440 H ini.

Kondisi itu dikeluhkan oleh para perantau ibu kota yang hendak pulang kampung berkumpul bersama keluarga merayakan lebaran. Rani Azhari seorang karyawan di Jakarta kebingungan melihat menu harga tiket pesawat di salah satu aplikasi di hp nya. Rani merupakan perantau yang berasal dari Kota Bukittinggi Sumatra Barat.

Baca Juga

Ia melihat harga tiket satu kali perjalanan dari Jakarta ke Padang di atas Rp 1.800.000 untuk markapai Batik Air. Sebenarnya ada yang lebih murah yakni Lion Air seharga Rp 1.600.000. Tapi Rani memilih tidak pakai Lion Air karena maskapai tersebut menerapkan sistem bagasi berbayar untuk kuota di atas 20 kg.

"Harus persiapan uang lebih banyak untuk mudik lebaran tahun ini dibanding tahun lalu. Karena harga tiket pesawat sangat mahal," kata Rani kepada Republika.co.id, Sabtu (11/5).

Rani menyebut sudah beberapa tahun bekerja di Jakarta, uang tunjangan hari raya (THR) dari perusahaannya mayoritas habis untuk tiket mudik dengan pesawat. Terlebih sekarang, uang yang dibayarkan Rani untuk tiket maskapai jauh lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang hanya berkisar di angka Rp 1 juta sampai Rp Rp 1.300.000.

Rani menyebut sebenarnya dia bisa lebih hemat andaikan mudik dengan jalur darat seperti naik bus. Tapi bila mengambil opsi naik bus, waktu di perjalanan jadi lebih banyak. Sementara dirinya setiap tahun mendapat cuti lebaran paling banyak 10 hari. Bila naik bus, ia menghabiskan waktu cuti nya sebanyak 4-5 hari di perjalanan.

"Sangat menyita waktu kalau jalur darat," ujar Rani.

Sementara itu, Gustaf Prameswara seorang wiraswasta di Jakarta sudah sejak dua tahun terakhir tidak lagi pernah mudik dengan naik pesawat. Tahun ini, Gustaf bersama keluarganya semakin mantap untuk mudik dengan jalur darat memakai mobil pribadi lantaran kondisi tiket pesawat yang sangat mahal. Gustaf mudik ke Kabupaten Padang Pariaman, Sumbar di tempat keluarga istrinya.

Gustaf menjelaskan secara hitungan angka, ia bersama istri dan satu balita cuma memikirkan biaya Rp 3,8 juta. Sebanyak Rp 3 juta untuk bensin pergi dan pulang. Sebanyak Rp 800 ribu lainnya adalah untuk ongkos PP naik kapal Ferry di dari Merak ke Bakauheni. Angka ini menurut Gustaf lebih masuk akal ketimbang naik pesawat di mana ia paling sedikit harus menganggarkan uang sebanyak Rp 6 juta - Rp 7 juta.

Gustaf menghabiskan waktu di perjalanan dari Jakarta ke Padang selama dua hari dua malam. Tapi untungnya profesi sebagai wirausaha membuat waktu yang dipunyai Gustaf lebih banyak ketimbang para karyawan instansi pemerintah, BUMN atau swasta.

"Kalau mudik tahun ini mungkin naik mobil lagi. Lebih hemat dan lebih aman karena saya bawa Balita," kata Gustaf.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement