Kamis 09 May 2019 17:19 WIB

Merapi Nihil Awan Panas pada Awal Mei

Aktivitas awan panas Merapi terbilang cukup menurun walau belum stabil.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Aktivitas Gunung Merapi.
Foto: Antara.
Aktivitas Gunung Merapi.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Status aktivitas Gunung Merapi memang masih ada di level dua atau waspada. Tapi, jika melihat intensitas, aktivitas awan panas Gunung Merapi terbilang cukup menurun walau belum stabil.

Hal itu bisa dilihat dari aktivitas kegempaan yang tercatat Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BBPTKG). Utamanya, pada pekan pertama Mei 2019.

Sepanjang pekan, tidak tercatat adanya aktivitas guguran awan panas yang dikeluarkan Gunung Merapi. Bahkan, secara kuantitas terus alami penurunan jika dibandingkan April dan Maret.

Pada pekan terakhir April, misa, tercatat cuma ada lima guguran awan panas dikeluarkan. Kondisi sama dicatatkan pekan ketiga dan kedua April karena ada lima guguran awan panas dari masing-masing pekan.

Bahkan, pada pekan pertama April, cuma tercatat tiga guguran awan panas yang dikeluarkan Gunung Merapi. Meski begitu, warga memang tidak boleh mengendurkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan.

Apalagi, pada pekan terakhir Maret 2019 atau periode 25-31 Maret, ada setidaknya 11 guguran awan panas. Walaupun, jumlahnya turun karena sepanjang April cuma terjadi sekitar 18 kali.

Selain itu, aktivitas guguran lava pijar terbilang masih sangat tinggi. Pada pekan pertama Mei saja, sudah 33 kali Gunung Merapi keluarkan guguran lava pijar.

Namun, guguran lava pijar dengan jarak luncur terjauh tercatat terjadi pada 8 Mei 2019. Kepala Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Kaliurang, Sunarta melaporkan, jarak luncur mencapai 1.400 meter.

"Dari CCTV teramati guguran lava pijar dua kali ke arah Kali Gendol dengan jarak luncur 950-1.400 meter," kata Sunarta, Rabu (8/5).

Pada Maret, aktivitas kegempaan banyak pula diwarnai curah hujan yang memang tinggi. Sedangkan, pada April dan awal Mei curah hujan terbilang menurun secara signifikan.

Sebelum itu, jarak luncur terjauh terjadi pada 7 Mei 2019 dengan 1.100 meter. Sedangkan, guguran lava pijar berjarak luncur terdekat terjadi pada 4 Mei 2019 dengan 350 meter.

Kuantitas lava pijar masih tinggi mengingat angkanya hampir serupa dicatatkan tiap pekan sepanjang April. Ada 15 guguran pekan pertama, 36 pekan kedua, 34 pekan ketiga, dan 42 guguran pada 22-30 April.

Setidaknya ada total 127 guguran lava pijar sepanjang April. Selain itu, aktivitas kegempaan seperti gempa frekuensi rendah, fase banyak, vulkanik dangkal, tektonik, dan hembusan masih terus terjadi.

Untuk itu, Kepala BPPTKG, Hanik Humaida, masih merekomendasikan area radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi agar tidak ada aktivitas manusia. Kecuali, untuk penelitian dan mitigasi BPPTKG.

Tapi, ia menekankan, masyarakat dapat beraktivitas seperti biasa di luar radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi. Walaupun, harus tetap diwaspadai ancaman lahar.

"Masyarakat agar mewaspadai bahaya lahar, terutama saat terjadi hujan di sekitar puncak Gunung Merapi," ujar Hanik.

Untuk kubah lava, BPPTKG mencatat per 8 April 2019 sebesar 466.000 meter kubik. Sayangnya, BPPTKG tidak bisa mencatat pertumbuhan harian karena volume kubah lava dihitung berdasarkan foto dari drone.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement