REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Memiliki keterbatasan fisik tak membuat difabel berputus asa. Komunitas Entrepreneur Disabilitas Netra (EDN) bahkan berusaha bangkit mandiri menjadi entrepreneur.
Ketua Komunitas Enterpreneur Disabilitas Netra (EDN), Hadi Hidayat (26) menyampaikan, kegiatan usaha tersebut fokus transaksi online. Komunitas yang baru lahir satu bulan itu, sudah memiliki anggota sekitar 100 orang. Cakupannya pun ke seluruh Indonesia.
Hadi menuturkan komunitas yang baru dibentuk ini pun meminta dukungan atas kegiatannya di bidang usaha. Dukungan ini diharapkan dari Pemerintah Kota Bandung. "Saya berharap, Pemkot Bandung juga bisa membuat aplikasi untuk kaum difabel," katanya saat bertemu dengan Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana du Balai Kota Bandung, Senin (6/5).
Menurut Hadi, lahirnya komunitas itu terbentuk karena lapangan pekerjaan yang minim bagi para disabilitas. Maka dari itu, ia pun berani untuk menggagas dan merangkul kaum disabilitas agar lebih mandiri dalam usaha.
"Awalnya terbentuk itu karena saya melihat bahwa lapangan pekerjaan untuk disabilitas cukup minim, bukan tidak ada. Maka kami buat komunitas yang fokus untuk membuktikan kepada masyarakat bahwa tunanetra bisa bekerja asalkan memiliki akses yang baik," tuturnya.
Menurutnya, rekan-rekan tunanetra banyak menjual produk fesyen. Harganya juga telah menyesuaikan dengan harga pasaran.
Sementara itu Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana memastikan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung akan terus mendorong kaum difabel mandiri. Oleh karenanya, Pemkot Bandung akan membantu legalitas usaha para kaum difabel.
Terlebih, saat ini Kota Bandung telah memiliki Komunitas Enterpreneur Disabilitas Netra (EDN). Komunitas ini mendorong para kaum disabilitas untuk lebih memacu lagi semangat dalam hidup dalam wirausaha.
"Pemkot Bandung berusaha mendorong, dengan membantu soal legalitas dulu. Kalau punya legalitas, nantinya bisa ditingkatkan pelatihan supaya mereka juga bisa semakin paham soal pemasaran dan sebagainya," kata Yana.
"Mereka punya semangat mengubah paradigma dari tunanetra biasa berkembang menjadi start-up, yaitu mengembangkan bisnis online," lanjutnya.
Menurutnya, pelatihan ataupun magang menjadi hal yang utama untuk mengemban potensi difabel dalam menjalankan wirausaha. Yana mengatakan, Pemkot Bandung memfasilitasi difabel dengan infrasturktur yang ramah. Ia menyontohkan seperti trotoar yang ramah untuk disabilitas.
"Pelatihan juga telah kita gelar. Dinsosnangkis (Dinas Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan) mengadakan pelatihan bagi disabilitas. Juga Disnaker (Dinas Tenaga Kerja) mengadakan pelatihan," ujarnya.