Selasa 07 May 2019 00:06 WIB

Erick Thohir Ajak Kubu Jokowi Rangkul Oposisi

Pembangunan bersama dilakukan mengingat Jokowi milik semua bangsa Indonesia.

Rep: Rizkyan adiyudha/ Red: Andi Nur Aminah
Ketua Umum Tim Kampanye Nasional (TKN) Erick Thohir
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ketua Umum Tim Kampanye Nasional (TKN) Erick Thohir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Erick Thohir mengimbau semua pihak untuk merangkul semua orang yang berada di kubu oposisi. Dia mengatakan, hal itu dilakukan agar kubu pasangan calon (paslon) 02 bisa bersama menikmati dan memajukan Indonesia.

Pernyataan itu dilontarkan Erick menyusul kemenangan pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin yang sudah di depan mata. Erick mengatakan, kemenangan itu dilihat dari hitung cepat dan perkembangan perhitungan KPU dimana paslon 01 menang dengan selisih suara yang cukup jauh dari paslon 02.

Baca Juga

Meski demikian, mantan direktur utama Inter Milan itu mengaku keheranan dengan banyaknya tuduhan kecurangan terhadap calon presiden (capres) pejawat. Padahal, dia melanjutkan, saat ini merupakan era yang semuanya bisa direkam, transparan dan terakses.

"Tidak mungkin kami berbuat baik dengan sesuatu kecurangan. Kami lihat juga data-data yang saat ini dibandingkan dengan 2014, kemenangannya jauh lebih besar," kata Erick Thohir dalam keterangan tertulis yang diterima, Senin (6/5).

Melihat era keterbukaan itu, Erick menegaskan, tidak mungkin Jokowi-Ma'ruf melakukan kecurangan secara terstruktur, sitematis dan masif (TSM). Menurut Erick, Pemilu 2019 menoreh sejarah baru di mana yang datang ke TPS dan menusuk sebanyak 81 persen. Dia mengatakan, tidak pernah ada dalam sejarah Pemilu Indonesia dengan partisipasi sebanyak ini.

Erick mengatakan, pembangunan bersama dilakukan mengingat Jokowi milik semua bangsa Indonesia. Dia melanjutkan, sebabnya jangan sampai perjuangan serta ketentraman yang didapat harus terhenti. Dia mengajak, seluruh warga berjuang bersama untuk kebaikan dan Indonesia yang lebih maju.

"Jangan sampai yang cita-citanya bagus, arahnya sudah bagus, karena perpecahan, karena kepentingan-kepentingan individu, kepentingan kekuasaan, akhirnya negara kita ke arah yang salah yang akhirnya tidak bisa dinikmati oleh kebanyakan dari kita," terang Erick.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement