REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Militer Zionis Israel terus menggencarkan serangan udara ke Jalur Gaza. Akibatnya, warga Palestina yang menjadi korban terus bertambah.
Serangan-serangan yang diklaim untuk melumpuhkan kelompok Hamas tersebut menghancurkan sejumlah lokasi pengungsian serta gedung lokasi kantor berita Turki, Anadolu Agency.
Wafa News melansir, Israel menghujani pengungsian Bureij dengan bom pada Sabtu (4/5) malam. Di lokasi itu, tak jauh dari pintu masuk pengungsian, dua warga Palestina, Mahmoud Subhi Essa (26 tahun) dan Fawzi Bawadi (24), gugur terbunuh.
Pesawat-pesawat tempur Israel juga menghujani sejumlah lokasi di Beit Lahiya, bagian utara Gaza, dan menyebabkan Mohammad Abu-Qleiq (25) gugur. Dengan korban-korban teranyar itu, total yang meninggal akibat serangan Israel mencapai 10 orang, termasuk seorang perempuan hamil dan putrinya yang berumur 14 bulan.
Bayi 14 bulan itu diidentifikasi sebagai Saba Mahmoud Abu 'Arar. Sedangkan ibunya, Falastin, meninggal akibat luka parah setelah pesawat Israel membom rumah mereka di Jalur Gaza.
Saudari Saba juga menderita luka sedang dalam pemboman tersebut. Pihak Israel berdalih, keduanya meninggal akibat roket yang gagal meluncur dari Gaza.
Sementara, korban cedera sedikitnya 69 orang termasuk tiga anak kecil. Pada Sabtu (4/5) pagi, dua anak kecil menderita bermacam luka dan tulang patah selama pemboman Israel di Beit Lahiya di bagian utara Jalur Gaza.
Pesawat tempur Israel juga menghancurkan gedung tempat berkantornya agensi berita Turki, Anadolu Agency, Sabtu (4/5) malam. Koresponden Anadolu Agency di Yerusalem melaporkan, pesawat tempur Israel menghantam gedung dengan lima roket setelah adanya tembakan peringatan.
Tak ada korban yang meninggal atau cedera dalam serangan tersebut. Namun, pejabat Turki dan Palestina mengutuk serangan yang diluncurkan oleh pasukan Israel tersebut. “Menargetkan kantor #AnadoluAgency di Gaza adalah contoh baru dari agresi Israel yang tidak terkendali,” kata Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu, dilansir Anadolu Agency, Ahad (5/5).
Melalui akun Twitter-nya, Mevlut mengatakan, kekerasan yang terus dipertontonkan Israel terhadap orang-orang tak bersalah adalah kejahatan terhadap kemanusiaan. Karena itu, menurut dia, pihaknya akan terus membela perjuangan rakyat Palestina.
Situasi di zona perbatasan Gaza-Israel telah memanas sejak Maret 2018, tepatnya ketika warga Palestina menggelar aksi bertajuk “Great March of Return” alias “Gerakan Pulang Akbar”.
Dalam aksi itu mereka menuntut Israel mengembalikan lahan dan tanah yang didudukinya pasca-Perang 1967 kepada para pengungsi Palestina. Selain itu, warga Palestina juga menyuarakan protes atas keputusan Amerika Serikat (AS) memindahkan kedutaan besarnya ke Yerusalem.
Aksi demonstrasi yang berlangsung di sepanjang perbatasan Gaza-Israel itu direspons secara represif oleh Israel. Mereka menembaki para demonstran dengan peluru tajam. Sebanyak 189 warga Palestina gugur sepanjang aksi Great March of Return dilaksanakan.
Sementara itu, sekitar 6.016 lainnya mengalami luka ringan dan berat. PBB telah menyatakan bahwa tindakan Israel terhadap para demonstran Great March of Return merupakan kejahatan perang.