Kamis 02 May 2019 18:08 WIB

Pemerataan Kesempatan Kerja akan Mendorong Inovasi

Seluruh penerapannya harus sinergis dari tingkat daerah hingga pusat.

Ribuan pencari kerja mendatangi lokasi bursa kerja di Lapangan Merdeka Kota Sukabumi Senin (22/4). Dalam acara itu disediakan 6.500 lowongan kerja.
Foto: Republika/Riga Nurul Iman
Ribuan pencari kerja mendatangi lokasi bursa kerja di Lapangan Merdeka Kota Sukabumi Senin (22/4). Dalam acara itu disediakan 6.500 lowongan kerja.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah dan sektor swasta diminta untuk memastikan perempuan dan laki-laki memiliki akses dan manfaat yang sama dari peluang ekonomi. Jika tidak, Indonesia berpotensi kehilangan US$135 miliar dalam produk domestik bruto (PDB) tahunan dalam enam tahun ke depan.

Angka tersebut – meningkat lebih dari 9% dari PDB pada kondisi bisnis yang biasa - adalah potensi yang mungkin didapatkan oleh Indonesia jika bisa mendapatkan kondisi kesetaraan gender terbaik di kawasan pada 2025. Hal tersebut diperkirakan oleh McKinsey Indonesia pada 2018 dan dikutip oleh pembicara pada konferensi yang berjudul “Accelerating the Indonesian Economy Through Gender Equality”.

“Gender parity didambakan untuk itu (mencapai PDB), lalu selanjutnya bagaimana kita menuju ke sana. Semua pihak harus berpartisipasi tentu di dalamnya juga ada porsi peran pemerintah, swasta, dan individu,” ujar Managing Partner McKinsey Indonesia Phillia Wibowo pada konferensi tersebut, dalam siaran persnya, Kamis (2/5).

Dia juga mengutarakan, terdapat beberapa poin yang perlu dicermati untuk mewujudkan kesetaraan gender dalam dunia kerja di Tanah Air. Tidak hanya menciptakan pemerataan kesempatan tetapi juga disertai perlindungan hukum dan jaminan hak partisipasi politik. Seluruh penerapannya harus sinergis dari tingkat daerah hingga pusat.

Chief of Staff Tokopedia Inna Chandika menjadi salah satu pembicara dalam konferensi ini. Dia menuturkan, untuk mewujudkan kesetaraan gender dalam dunia kerja harus dimulai dari masing-masing individu. Dengan kata lain, secara personal, seorang perempuan harus melawan pola pikir diri sendiri yang mungkin membatasi propsek karirnya.

“Masalah kita adalah soal persepsi, misalnya bahwa industry STEM selalu male centric. Pangkalnya adalah kesedaran dan persepsi dari para perempuan sendiri, mereka mampu untuk masuk dan berkarya di dunia kerja,” ucapnya.

Deputy Managing Director DEKA Marketing Research Yanti Nisro Corbett mengutarakan, kehadiran perempuan secara lebih setara dalam dunia kerja khususnya jajaran manajemen senior mampu membuat perusahaan lebih dinamis dan inovatif. “Engagement dalam perusahaan juga lebih tinggi,” katanya.

Sementara itu, Evan Indrawijaya, Human Resource Director Danone Indonesia mengatakan, selain mendorong perempuan, laki-laki juga harus mengambil peran demi terciptanya kesetaraan gender. Hal itu bisa dimulai dengan berbagi peran di rumah tangga, hingga bagaimana para pemimpin laki-laki di tempat kerja bisa memberikan kesempatan yang sama pada perempuan.

Government Affairs & Policy Director General Electric Indonesia, Donna Priadi juga menyatakan pentingnya panutan, mentor dan sponsor bagi perempuan. Dengan kehadiran support system tersebut juga bisa meningkatkan kepercayaan diri perempuan untuk bisa terus menuju kesuksesan.

Konferensi ini menandai selesainya kampanye kesetaraan gender selama setahun yang dijalankan oleh Katadata Indonesia dengan dukungan dari Investing in Women (IW) - sebuah inisiatif dari Pemerintah Australia yang mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan ekonomi perempuan di Indonesia, Filipina, Vietnam dan Myanmar.

Di dalam sambutan, Direktur Katadata Heri Susanto menjelaskan bahwa  Asia Pasifik termasuk Indonesia, populasi perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki di lapangan kerja. Sejalan dengan itu, hanya 20 persen perempuan di posisi manajerial dan baru 5 persen di jajaran direksi dan CFO.

“Namun, dalam beberapa tahun ini, ada kabar baik. Era digital di Indonesia memberi banyak bukti bahwa perempuan semakin mandiri dan berkembang pesat dalam menjalankan bisnis mereka,” katanya.

Dalam keynote-nya, Mr Allaster Cox, Wakil Kepala Misi di Kedutaan Besar Australia di Jakarta menempatkan dukungan kesetaraan gender dari Australia untuk Indonesia dalam konteks kerja sama ekonomi yang lebih luas antara kedua negara, menyoroti Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) yang telah ditandatangani pada Maret 2019.

“Sebagai bagian dari perannya sebagai mitra ekonomi Indonesia, Australia mendukung inisiatif untuk kesetaraan gender yang dapat memanfaatkan sumber daya Indonesia sendiri untuk menghasilkan pertumbuhan dan mendistribusikan manfaat kepada lebih banyak orang,” kata Cox.

Pleno pagi tersebut diikuti oleh lima sesi paralel, termasuk "The Missing Voice in the Gender Equality Conversation," sebuah sesi yang diselenggarakan oleh partner IW lainnya, yakni Yayasan Pulih dan Aliansi Laki-laki Baru. Acara ini juga diselenggarakan bersama oleh Koalisi Bisnis Indonesia untuk Pemberdayaan Perempuan (IBCWE) yang didukung oleh IW.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement