REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut El Nino mulai aktif di Indonesia seiring dimulainya musim kemarau. satuan tugas kebakaran hutan pun diminta waspada.
Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang, Bambang Benny Setiaji, mengatakan meski El Nino aktif, namun potensi suhu masih dalam kategori normal. Suhu udara tidak terlalu panas.
"Normalnya suhu tertinggi sekitar 35 derajat Celcius dan tidak pernah lebih tinggi dari itu, biasanya rata-rata suhu 27 sampai 28 derajat Celcius," ujar Bambang setelah rapat koordinasi kebakaranhutan dan lahan di Palembang, Kamis.
BMKG memprediksi musim kemarau mulai terjadi di Sumsel pada pertengahan Mei. Puncaknya diprediksi terjadi pada Juli sampai Agustus, di mana cuaca kering terjadi dalam kurun waktu lama serta tingkat hujan akan sangat rendah.
Bambang menyerukan agar masyarakat tidak khawatir karena El Nino bukan pengaruh utama iklim di Sumsel. Pengaruh dominan justru dari aktivitas meteorologi di Samudera Hindia.
"Sekarang terjadi dominasi tekanan rendah dari Samudera Hindia, artinya masih ada potensi hujan pada malam hari di wilayah Sumsel," jelasnya.
Menurutnya, saat ini masih terjadi peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. BMKGj uga belum melihat ada indikasi musim kemarau di wilayah Sumsel pada awal Mei.
"Secara meteorologi kondisi monsun barat dan timur bertabrakan di daerah ekuator, akibatnya energi matahari masih berada di sekitar ekuator, sehingga masih proses peralihan," lanjutnya.
Sementara itu, Komandan Satuan Tugas Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan Sumsel, Kolonel Arh Sonny Septiono, mengatakan satgas mengantisipasi peningkatan gejala El Nino pada Juni, Juli, hingga Agustus.
"Berdasarkan keterangan BMKG kerawanan El Nino memang cukup panjang, semoga saja tidak seperti itu nantinya, namun pada prinsipnya kami sudah siap karena siaga karhutla sendiri sudah diaktifkan sejak Maret 2019," ujar Kolonel Arh Sonny Septiono.
Meski demikian, kata dia, penyebab Kebakaran hutan dan lahan sebenarnya tidak hanya faktor alam, tapi faktor manusia. Tiap instansi pun sudah diminta bergerak mencegah terjadinya potensi kebakaran, termasuk mengingatkan perusahaan perkebunan serta warga sekitar lahan gambut agar tidak membakar lahan.