REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Totok Suprayitno mengatakan hasil Ujian Nasional (UN) harus menjadi alat refleksi para guru. Dengan berkaca pada hasil UN, guru bisa memperbaiki metode pengajaran di kelas.
"Jangan-jangan guru kurang memahami substansi sehingga anak-anak juga tidak menguasai materi itu," ujarnya di Jakarta, Ahad.
UN merupakan sistem penilaian terhadap kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran yang sudah disampaikan dalam kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Faktanya, soal-soal UN banyak dikeluhkan siswa.
"Nah sekarang, jika ada siswa yang mengeluh soal UN, hal itu perlu menjadi bahan refleksi untuk mengetahui penyebab dan mencari solusinya," kata Totok.
Hasil UN juga bisa menjadi bahan evaluasi bagi Majelis Guru Mata Pelajaran (MGMP), Dinas Pendidikan, dan Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan.
"Ada daerah yang materi tertentu cenderung sulit, itu kemudian yang menjadi fokus pelatihan di MGMP, mengapa materi ini cenderung susah dikuasai dan mengapa materi lainnya mudah dikuasai," kata Totok.
Sebelumnya, banyak siswa yang mengeluhkan sulitnya soal UN Matematika dan Bahasa Inggris untuk tingkat SMP. Keluhan siswa itu disampaikan melalui akun instagram Kemendikbud.
Sebanyak 4.279.008 siswa mengikuti Ujian Nasional (UN) tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTS) yang dilaksanakan pada 22 April hingga 25 April silam. Untuk sejumlah wilayah, seperti Papua, Papua Barat dan Nusa Tenggara Timur, UN dilaksanakan pada 23 April lalu.