REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Lingkungan dari Universitas Indonesia Tarsoen Waryono menilai, terdapat tiga faktor penyebab banjir di Jakarta. Menurutnya, sampah merupakan faktor utama penghambat proses drainase dan juga saluran air.
Tarsoen mengatakan, sampah yang menyumbat penyerapan air belum dapat tertangani, terlebih dilokasi yang membutuhkan normalisasi. Untuk itu, program normalisasi sungai atau kali harus segera direalisasikan dititik-tikik yang membutuhkan penanganan agar banjir tidak mengintai warga Jakarta.
"Logika terjadinya titik-titik luapan air (banjir), disinyalir pertama tidak efektifnya saluran drainase yang ada, karena tersumbat oleh sampah yang terbawa aliran air," kata Tarsoen saat dihubungi Republika.co.id, Sabtu (27/4).
Normalisasi itu, Tarsoen menyarankan, untuk dilakukan pada daerah endapan yang memiliki ketinggian kurang dari tiga meter diatas permukaan laut (MDPL) di wilayah DKI Jakarta. Hal itu, akan mengurangi dan juga mencegah air yang meluap.
Tarsoen menyatakan, peran masyarakat dalam menjaga lingkungan dan tidak membuang sampah sembarangan perlu ditingkatkan. Dia berharap kesadaran masyarakat bisa tumbuh seiring dengan bencana banjir yang selalu dipenuhi dengan sampah.
"Masyarakat belum sepenuhnya sadar terhadap lingkungan, karena masih tingginya jumlah sampah pada badan sungai," katanya.
Sebelumnya, hujan mengguyur Provinsi DKI Jakarta dengan intensitas hampir 4 inch (± 10 cm/jam) yang terjadi pada Jumat (26/4) dengan durasi lebih dari dua setengah jam. Kondisi tersebut menyebabkan beberapa titik banjir di DKI Jakarta.