Sabtu 27 Apr 2019 11:20 WIB

Bawaslu Ingin Pemilu Selanjutnya Harus Lebih Efisien

Hingga Jumat malam, 231 petugas KPPS meninggal dunia sejak pemilu digelar 17 April

Rep: Dian Erika Nugraheny/ Red: Friska Yolanda
Sejumlah Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) melakukan perhitungan rekapitulasi surat suara di Kecamatan Menteng, Jakarta, Kamis (25/4).
Foto: Republika/Prayogi
Sejumlah Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) melakukan perhitungan rekapitulasi surat suara di Kecamatan Menteng, Jakarta, Kamis (25/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Mochamad Afifuddin, mengatakan pelaksanaan pemilu setelah 2019 harus lebih efisien dan tidak melelahkan. Pemilu saat ini menurutnya, memberikan dampak yang sangat berat dalam pelaksanaan di lapangan. 

"Beban di lapangan ternyata lebih berat. Misalnya, ketika TPS sudah dibuka, tetapi baru ketahuan surat suara kurang. Kondisi ini memicu tekanan psikis yang tidak pernah kita semua pikirkan, " ujar Afif dalam  diskusi bertajuk 'Silent Killer Pemilu' di Gondangdia, Jakarta Pusat, Sabtu (27/4).

Namun, dia menilai semua kejadian di lapangan bermuara kepada manajemen pelaksanaan pemilu. Terlebih, manajemen distribusi logistik yang pada H-1 masih banyak terdapat kekurangan.  

"Pada H-1 banyak logistik belum lengkap di TPS," ungkap Afif. 

Karena itu, Bawaslu mengusulkan pelaksanaan pemilu ke depannya harus lebih efisien dan efektif. Sebab,  pemilu seharusnya bukan menjadi kondisi yang menakutkan. 

"Pemilu ke depannya tidak boleh melelahkan.  Saya kira usulan ke depan adalah pemilu harus lebih baik,  tidak boleh memakan banyak korban dan pemilu harus membahagiakan banyak pihak, " tambah Afif.  

Sebelumnya, hingga Jumat (26/4) malam, Petugas kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) yang meninggal dunia mencapai 231 orang. Sekitar 1.792 orang jatuh sakit.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement