REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Mochamad Afifuddin, mengatakan pelaksanaan pemilu setelah 2019 harus lebih efisien dan tidak melelahkan. Pemilu saat ini menurutnya, memberikan dampak yang sangat berat dalam pelaksanaan di lapangan.
"Beban di lapangan ternyata lebih berat. Misalnya, ketika TPS sudah dibuka, tetapi baru ketahuan surat suara kurang. Kondisi ini memicu tekanan psikis yang tidak pernah kita semua pikirkan, " ujar Afif dalam diskusi bertajuk 'Silent Killer Pemilu' di Gondangdia, Jakarta Pusat, Sabtu (27/4).
Namun, dia menilai semua kejadian di lapangan bermuara kepada manajemen pelaksanaan pemilu. Terlebih, manajemen distribusi logistik yang pada H-1 masih banyak terdapat kekurangan.
"Pada H-1 banyak logistik belum lengkap di TPS," ungkap Afif.
Karena itu, Bawaslu mengusulkan pelaksanaan pemilu ke depannya harus lebih efisien dan efektif. Sebab, pemilu seharusnya bukan menjadi kondisi yang menakutkan.
"Pemilu ke depannya tidak boleh melelahkan. Saya kira usulan ke depan adalah pemilu harus lebih baik, tidak boleh memakan banyak korban dan pemilu harus membahagiakan banyak pihak, " tambah Afif.
Sebelumnya, hingga Jumat (26/4) malam, Petugas kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) yang meninggal dunia mencapai 231 orang. Sekitar 1.792 orang jatuh sakit.