REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemerintah Provinsi Jawa Barat menaruh atensi kepada tiga kawasan yakni Cianjur, Sukabumi, dan Garut karena memiliki indeks kerawanan bencana tertinggi di Indonesia. Ketiga daerah ini kerap dilanda bencana dengan potensi longsor, banjir, gempa, pergerakan tanah dan tsunami.
Oleh karena itu, menurut Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, ia akan memberi perhatian lebih dalam upaya pencegahan dan penanganan termasuk bantuan keuangan yang akan diberikan. "Indeks kerawanan bencana tiga besarnya ada di Jabar yaitu Cianjur, Garut dan Sukabumi ini karena seringnya kejadian dan tentu ini menjadi atensi kami," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil, Jumat (26/4).
Emil mengatakan, kesiapsiagaan bencana tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah saja tapi juga harus melibatkan masyarakat. Karenanya, dalam peringatan Hari Kesiapsiagaan ini, Pemprov Jabar bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengukuhkan ratusan relawan forum Pengurangan Risiko Bencana Jawa Barat. Relawan ini akan difokuskan di tiga daerah tersebut. Mereka telah dilatih kebencanaan oleh BNPB.
"Mereka sudah sangat serius berlatih dari hari selasa karena kita melihat bahwa stakeholder kesiapsiagaan bencana ini tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah tapi juga harus melibatkan masyarakat," katanya.
Emil berharap, keterampilan dan pengetahuan yang didapat para relawan ini ditularkan kepada masyarakat tempat tinggalnya masing-masing. Sebab, dari hasil penelitian hanya 30 persen masyarakat yang selamat dari bencana dengan cara menyelamatkan diri sendiri.
"Sisanya tidak ada pengetahuan sehingga harus ditolong oleh orang lain. Maka semakin banyak masyarakat yang punya skill dalam kesiapsiagaan bencana tentu semakin bagus," katanya.
Di tempat yang sama, Kepala BNPB Doni Monardo mengapresiasi antusiasme relawan yang terlibat mengikuti pelatihan kesiapsiagaan bencana ini. Doni mengatakan, Indonesia termasuk negara yang menduduki peringkat paling tinggi kejadian bencana alam.
Menurut Doni, ada 11 potensi kebencanaan seperti gunung merapi, gempa, likuifaksi, tsunami, banjir, longsor, kebakaran hutan dan masih banyak lagi. "Selama 19 tahun terakhir Indonesia di peringkat kedua terbanyak korban, tahun 2018 saja mencapai 4.814 jiwa meninggal," katanya.
Doni mengajak semua pihak untuk memahami betul potensi bencana dengan mengenali ancaman dan menyiapkan strateginya. Menurutnya, setiap daerah memiliki karakter ancaman yang berbeda. "Lembang dengan daerah di Jabar Selatan tentu beda penanganannya," katanya.
Dalam menyiapkan strategi, kata Doni, ada beberapa hal yang harus dilakukan. Yaitu pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini dan peningkatan kapasitas baik SDM dan kelembagaan termasuk anggaran.