REPUBLIKA.CO.ID, SOLOK -- Sebagian akademisi di Sumatra Barat (Sumbar) mulai memperhatikan perkembangan virus Human Immunodeficiency Virus Infection and Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS). Perilaku seks menyimpang atau yang dikenal dengan Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) ditengarai menjadi salah satu penyebab perkembangan virus. Bahkan, perkembangannya tak hanya di kota besar, tetapi juga merambah ke wilayah perdesaan.
Dalam upaya melakukan pencegahan, para akademisi dari Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin dan Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (Unand) Padang membentuk tim beranggota 40 orang untuk melakukan pengabdian pada masyarakat. Salah satunya di Alahan Panjang, Kabupaten Solok, Sumbar.
Tim yang terdiri atas akademisi, dokter spesialis kulit dan kelamin, dokter spesialis jiwa, mahasiswa program spesialis, serta dokter muda tersebut melakukan sosialisasi terhadap masyarakat setempat. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas DR Dr Wirsma Arif Harahap mengatakan, dampak negatif seperti perilaku seks menyimpang LGBT berpotensi terjadi di Alahan Panjang.
Hal tersebut berpotensi terjadi karena wilayah Alahan Panjang merupakan daerah target pariwisata di Sumbar sehingga bisa menerima berbagai dampak dari industri pariwisata. "Sosialisasi yang bermuara pada tindakan preventif perlu dilakukan agar sustainability development di sana dapat berjalan dengan baik," ujar Wirsma dalam sebuah rilis yang diterima Republika, Rabu (24/4).
Sosialiasi bertema `Masalah Sosial, kejadian LGBT, Infeksi menular Seksual, HIV/AIDS serta Peran Sosial Budaya Masyarakat dalam Upaya Pencegahannnya' dilaksanakan, Rabu lalu, di Gedung Pemuda Alahan Panjang. Kegiatan ini tidak hanya melibat para dokter dan psikiatri, tetapi juga akademisi dari bidang sosial budaya. Kegiatan ini berhasil menyita perhatian sekitar 400 orang peserta yang berasal dari Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
"Pemerintah Nagari Alahan Panjang akan memaksimalkan peran ninik mamak, cadiak pandai, alim ulama, dan bundo kanduang (pemuka masyarakat) dalam menangani permasalahan ini," ujar Wali Nagari Alahan Panjang Zulkarnain, Rabu. Pihaknya menegaskan, sosialisasi yang dilakukan para akademisi sudah tepat dan dibutuhkan masyarakat Alahan Panjang.
Selain untuk meningkatkan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang usaha preventif terhadap perilaku LGBT, pengabdian juga dilakukan demi menumbuhkan peran serta masyarakat Alahan Panjang dalam mencegah penularan HIV/AIDS pada kalangan anak muda di wilayah kerja Puskesmas Alahan Panjang. Dengan demikian, masyarakat setempat menda patkan pemahaman menyeluruh terhadap pecegahan penyakit yang disebabkan perilaku LGBT.
Kemudian, Ketua Bundo Kanduang di Nagari Alahan Panjang Yurnita Ridwan mengatakan, keluarga diharapkan mampu menjadi early warning system dalam mengatasi persoalan penyakit dan perilaku menyimpang tersebut bagi masyarakat di Alahan Panjang. Keluarga bisa mengetahui lebih dulu bagaimana anak-anak mereka bergaul, berperilaku.
"Kalau kita sudah tahu maka kita harus cepat untuk menyelesaikannya sebelum anak-anak kita terjerumus lebih dalam," ujar Yurnita, Rabu. (ed:nora azizah)