REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pegiat antikekerasan perempuan, Anindya Restuvani mendesak adanya upaya serius dalam menyelesaikan berbagai kasus pelecehan seksual dijalan yang pernah menimpa customer Grab. Dia juga mendorong agar perusahaan transportasi online membuat pencegahan dini pelecehan seksual.
"Perusahaan mempunyai tanggung jawab besar untuk mencegah serta menuntaskan kasus-kasus yang ada. Jika tidak, customer terutama kaum perempuan tetap rentan mengalami kekerasan secara fisik hingga pelecehan seksual," jelas Anindya yang juga menjabat Co Director Hollaback! pada Kamis (25/4).
Pada satu sisi, dia mengapresiasi kepedulian GRAB kepada kaum perempuan dengan memberikan tips seperti beladiri menghadapi potensi pelecehan dan kekerasan di jalan. Namun di sisi lain, dia menilai langkah tersebut merupakan contoh program yang tidak menyeluruh. Bahkan cenderung memosisikan perempuan sebagai konsumen seolah calon korban yang harus bisa membela diri.
Anindya menjelaskan, terjadinya kekerasan fisik ataupun pelecehan seksual di jalan harus dapat dicegah sedini mungkin. Bukan ketika sudah kejadian baru kemudian berbenah diri dengan melengkapi segala bentuk fitur aplikasi.
"Jaminan keamanan harus diberikan sepenuhnya kepada penumpang karena perusahaan punya tanggung jawab dan penumpang telah memberikan kepercayaan besar bagi perusahaan," kata dia.
Maka Anindya mendorong solusi yang ditawarkan GRAB atau Gojek terkait keamanan di jalan terutama bagi kaum perempuan semestinya komprehensif. Selama ini banyak kasus pelecehan seksual kepada perempuan di oleh mitra pengemudi Grab.
Bahkan sebagian di antaranya sudah dilaporkan kepada pihak berwajib. Dampak kejadian tersebut juga sempat memunculkan petisi online yang meminta pemerintah memberikan hukuman yang tegas kepada GRAB Indonesia.