REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Banyaknya petugas KPPS yang meninggal dunia mendapat perhatian sejumlah pihak. Salah satunya, dari Ketua DPD Golkar Jabar, Dedi Mulyadi. Mantan Bupati Purwakarta ini, menyambangi para janda dan anak-anak dari pahlawan demokrasi tersebut.
Bahkan, kedatangan Dedi ke rumah janda petugas KPPS di TPS 01 Desa Gardu, Kecamatan Kiarapedes, Carman (45 tahun) langsung disambut isak tangis keluarga. Terutama, isteri korban yakni Ai (40 tahun), tak kuasa menahan kesedihannya. Air mata ibu satu anak ini, terus berjatuhan. Tak hanya itu, Ai juga tidak bisa berkata-kata di hadapan caleg DPR RI tersebut.
"Ibu Ai, yaitu isteri korban belum bisa diwawancara. Duka mendalam masih dirasakan oleh Ibu Ai, atas meninggalnya suaminya Pak Carman," ujar Dedi, menjelaskan kondisi isteri korban, Rabu (24/4).
Melihat kondisi tersebut, Dedi mengaku sangat tidak tahan. Dia pun turut merasakan kesedihan, seperti yang dialami keluarga korban. Karena itu, Dedi Mulyadi berjanji akan memberikan perlindungan kepada anak-anak korban. Salah satunya, dengan cara mengangkat anak yatim tersebut, menjadi anak angkatnya.
Terutama, anak-anak pejuang demokrasi itu tidak boleh putus sekolah. Karenanya, Dedi akan menjadi bapak angkat bagi anak-anak tersebut. Untuk korban Carman, anaknya hanya satu. Saat ini, masih sekolah di bangku SD kelas enam.
"Anak ini, insya Allah pendidikannya akan saya jamin, sampai perguruan tinggi," ujarnya.
Mendengar penuturan Dedi ini, tangis Ai semakin tak terbendung. Bahkan, putra semata wayangnya juga, Rizki Restu Maulana, turut bersedih menyaksikan ibunya terus menangis.
"Kami berterima kasih, atas perhatian dari Pak Dedi," ujarnya singkat.
Dirinya sebagai ketua parpol di Jabar dan sebagai peserta pemilu, turut bertanggung jawab atas musibah yang menimpa pahlawan demokrasi ini. Karena itu, Dedi ingin sedikitnya bisa berkontribusi, untuk mengurangi beban para janda dan anak yatim dari para petugas KPPS tersebut.
Tak hanya mengunjungi keluarga Carman, Dedi juga menyambangi keluarga Ketua KPPS di TPS 03, Kampung Sukalaksana, Desa Cipendeuy, Kecamatan Bojong, yaitu Deden Damanhuri (46 tahun). Almarhum Deden, meninggalkan seorang isteri yakni Popon Komariah (40 tahun) dan tiga orang anak.
Popon Komariah mengatakan, dari tiga anaknya ini semuanya masih sekolah dua orang. Yakni, anak pertama kelas tiga SMA. Anak kedua, kelas tiga SMP. Sedangkan, anak bungsunya baru berusia lima tahun.
"Suami saya ini tulang punggung keluarga. Kini, tulang punggung tersebut telah pergi untuk selamanya," ujar Popon.
Dia menyeritakan, sebelum menjadi petugas KPPS, sehari-hari Deden bekerja sebagai pedagang musiman. Jika musim buah-buahan, maka Deden akan membelinya dari para petani, lalu dijual lagi ke pasar.
Pada Pemilu 2019 ini, Deden didaulat menjadi Ketua KPPS. Namun, tugasnya itu harus berakhir saat Deden memeriksa kotak suara dan surat suara untuk kepentingan pilpres dan pileg. "Usai diambil sumpah jabatannya, suami saya mengeluhkan pusing dan keluar keringat dingin. Bahkan, sempat saya pijiti juga kepalanya. Tapi, dia terus melanjutkan tugasnya hingga jatuh tak sadarkan diri di TPS," ujar Popon.
Untuk santunan, lanjut Popon, sudah ada dari Wabup Purwakarta, anggota KPU, dan dari Pemprov Jabar. Namun, dari partai politik ataupun caleg, baru Dedi Mulyadi yang menyantuninya.