REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Pengarah Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Fadli Zon, mengaku masih meragukan hasil penghitungan suara sementara yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Menurutnya, sistem yang digunakan oleh KPU saat ini adalah rekapitulasi manual berjenjang.
"Undang-undang mengatakan yang dipakai adalah sistem manual, jadi situng itu tidak dipakai, apalagi situngnya kayak begitu," kata Fadli di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (24/4).
Fadli menganggap bahwa kesalahan penghitungan yang dilakukan KPU dinilai cukup fatal. Ia mengatakan input datanya salah, begitu juga rumusnya.
"Jadi kalau mau kita bikin 90 lawan 10 juga bisa, gampang itu," ujar Fadli yang juga wakil ketua DPR.
Fadli mengaku lebih mempercayai hasil hitung manual yang dilakukan oleh internal BPN. Namun, ia enggan membuka ke publik lokasi tabulasi oleh timnya.
"Ada di beberapa tempat yang saya tahu, ada petugasnya, dan di dalam hitungan internal kami memimpin seperti yang disampaikan oleh Pak Prabowo," ucapnya.
Prabowo telah mengklaim kemenangan dengan keunggulan 62 persen, Rabu (17/4). Angka itu disampaikan Prabowo berdasarkan hasil hitung internal BPN di 320 ribu TPS.
Sedangkan berdasarkan hasil sementara penghitungan suara, hingga Rabu pukul 12.30 WIB, pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin unggul dengan 55,63 persen dan capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo-Sandi yang memperoleh 44,37 persen.
Data yang masuk berasal dari 230.901 TPS dari total 813.350 TPS yang tersebar di seluruh Indonesia dan juga luar negeri. Apabila dipresentasikan, jumlah data tersebut baru mencapai 28,38 persen sehingga data masih ada kemungkinan terus berubah.