REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Wali Kota Bogor, Bima Arya menjenguk salah satu petugas panitia penyelenggara pemilu di RS PMI, Kota Bogor, Selasa (23/4). Dalam kesempatan tersebut, Bima mengkritik panitia Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 yang didominasi oleh lanjut usia. Ia menambahkan, ke depannya panitia pemilu harus lebih mendorong kaum muda dalam proses pelaksanaanya.
Menurutnya, data yang hingga kini dihimpun oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Bogor mendapati dua orang petugas yang meninggal dunia dan tujuh orang yang dilaporkan sakit. Data dari KPU tersebut terhitung lima hari dari masa pencoblosan.
Bima yang saat ini menjabat sebagai Wali Kota Bogor untuk kedua kalinya mengatakan, penyelenggaraan pemilu kali ini harus segera dievaluasi supaya ke depannya bisa lebih mengutamakan kesehatan dan kondisi para panitia penyelenggara.
“Karena korbannya cukup banyak dan masif, tidak hanya di Kota Bogor saja, maka KPU harus menyempurnakan penyelenggaranya dan rekrutmen lagi, mungkin bisa menitikberatkan kepada anak muda yang punya daya tahan tinggi,” ujarnya kepada Republika.co.id, Selasa (23/4).
Dalam kegiatan tersebut, Bima juga didampingi oleh Kepala Dinas Kesehatan kota Bogor, Rubaeah. Ia mengatakan, kebanyakan petugas pemilu yang sakit dan meninggal dikarenakan kelelahan dalam bekerja. Menurutnya, para petugas tersebut terlalu memorsir pekerjaan tanpa istirahat yang cukup.
“Ada juga kemungkinan penyakit bawaan, Seharusnya ketika rekrutmen tenaga kerja juga harus disertai riwayat kesehatan,” ucapnya
Menurut dia, ke depannya pelaksanaan pemilu harus dikerjakan oleh orang-orang yang siap secara kesehatan. Ia menambahkan, para petugas pemilu memiliki jam kerja di atas normal dan tanpa adanya asupan energi yang cukup, sehingga hal itu menyebabkan hipertensi dan bahkan tifus hingga yang paling parah kematian.