REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sukabumi menggiatkan simulasi menghadapi bencana, terutama gempa bumi. Langkah itu dilakukan untuk menekan munculnya korban jiwa dalam bencana.
Simulasi menghadapi bencana tersebut juga untuk menyambut hari kesiapsiagan bencana yang jatuh setiap 26 April. ‘’Kesiapsiagaan menghadapi bencana diperlukan untuk menekan munculnya korban jiwa,’’ ujar Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan, BPBD Kota Sukabumi Zulkarnain Barhami kepada wartawan di sela-sela rapat koordinasi hari aksi kesiapsiagaan bencana di Balai kota Sukabumi, Selasa (23/4).
Ia menerangkan kesiapsiagaan bencana di Sukabumi dibagi dua, yakni untuk aparatur di satuan kerja pemerintah daerah (SKPD). Selain itu, ditujukan kepada masyarakat, terutama perempuan yakni dengan melibatkan tim penggerak PKK dan kader posyandu.
Menurut Zulkarnain, simulasi yang dilakukan terutama evakuasi mandiri ketika terjadi gempa bumi. Hal itu misalnya bagaimana penyelamatan mandiri ketika pada masa emas. Nantinya, warga akan diajarkan ke mana menyelamatkan diri, dan evakuasi serta titik kumpul pada masa darurat.
Zulkarnain menerangkan, upaya penyelamatan mandiri menjadi prioritas karena berdasarkan fakta sekitar 35 persen korban selamat akibat diri sendiri. Sedangkan, faktor keluarga 34 persen dan tetangga 33 persen serta tim penolong 1 persen.
Lebih lanjut Zulkarnain menuturkan, simulasi bencana gempa dipilih karena paling rawan terjadi di Sukabumi. Potensi bencana lainnya yang rawan di Sukabumi, yakni gempa bumi, longsor, dan angin puting beliung serta kebakaran permukiman dan gedung.
Di momen kesiapsiagaan bencana ini, kata Zulkanain, diharapkan masyarakat meningkatkan kewaspadaan menghadapi bencana. Terlebih kondisi cuaca yang ada di lingkungan saat ini terjadi anomali.
Wakil Wali Kota Sukabumi Andri Setiawan Hamami menambahkan, rakor dalam rangka hari kesiapsiagaan bencana nasional dilakukan untuk menunjukkan SKPD siap memfasilitasi dan melakukan simulasi dalam menghadapi bencana. Sebelumnya simulasi menghadapi bencana juga dilakukan di sekolah-sekolah.
"Bahkan anak TK di Sukabumi sudah dikenalkan menghadapi bencana," kata Andri. Upaya itu untuk menekankan pentingnya pengetahuan untuk menyelamatkan diri sendiri ketika terjadi bencana. Sehingga aksi kesiapsiagaan bencana harus dimulai dari diri sendiri, keluarga, dan komunitas yang akan berkesinambungan.
Aksi kesiapsiagaan itu, ungkap Andri, dipandang penting karena manusia tidak bisa memprediksi bencana kapan terjadi. Sehingga, pemerintah dan masyarakat harus siap mengantisipasi ketika terjadi bencana untuk menekan terjadinya korban jiwa.
Andri mengaakan, pada aksi kesiapsiagaan bencana ini tema yang dipilih adalah perempuan yang menjadi guru siaga bencana. Sebabnya, selama ini dalam bencana terutama kebakaran di rumah perempuan yang menjadi korban. Harapannya, dengan simulasi maka perempuan menjadi mengetahui cara menyelamatkan diri ketika terjadi bencana.