REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Tantangan dan kemajuan yang terjadi dewasa ini menuntut keterlibatan perempuan dalam berbagai aspek kehidupan. Menyadari hal tersebut, Aisyiyah terus berbenah dan melakukan perbaikan salah satunya bidang kaderisasi.
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini menyatakan, dalam kaderisasi, perempuan diberdayakan agar memiliki peran strategis bagi kepentingan bangsa. Sehingga secara tidak langsung akan dapat meningkatkan derajat dan martabat perempuan.
Untuk mewujudkan hal tersebut, beberapa hal yang dilakukan Aisyiyah adalah dengan menggelar pelatihan terhadap kelompok masyarakat dalam memahami berbagai permasalahan. Di sana, ditanamkan apa saja hak dan kewajiban yang harus dimiliki seorang warga negara, terutama perempuan.
Noordjannah menegaskan, kaderisasi ini dilakukan mulai dari tingkat bawah yakni desa. Perempuan-perempuan didorong untuk menjadi local leader. ‘’Aisyiyah sendiri membentuk yang namanya Komunitas Balai Sakinah 'Aisyiyah (BSA). Melalui BSA ini, potensi perempuan yang tergabung dalam kelompok masyarakat di tingkat desa, dapat ditingkatkan.
Selain itu, BSA juga mendorong perempuan untuk dapat berkomunikasi dan berani berpendapat di hadapan masyarakat luas. Sehingga, mereka dapat mengelola sendiri lingkungannya dan berguna bagi masyarakat luas.
"Ini strategi kami dengan pelatihan local leader. Jadi muncul orang-orang yang tidak biasa berkomunikasi dan mengemukakan pendapat, akhirnya punya keberanian dan dapat mengelola lingkungannya," ujarnya.
Noordjannah menceritakan, BSA awalnya dibentuk sekitar lima tahun lalu, atau tepatnya pada 2014. Komunitas ini kemudian digalang untuk membentuk kelompok perempuan yang berkontribusi dalam pembangunan desa.
Menyelesaikan masalah
Sebagai bagian dari Perserikatan Muhammadiyah, dengan adanya kaderisasi melalui BSA ini kemudian dibentuk Nasyiatul Aisyiyah (NA). Ia menjelaskan, NA merupakan organisasi remaja putri dari Aisyiyah.
Program yang dijalankan oleh NA sendiri berfokus menyelesaikan masalah yang ada dalam perempuan muda Indonesia. Seperti kesehatan reproduksi hingga pencegahan pernikahan dini yang masih terjadi di beberapa wilayah di Indonesia.
"Ada juga pembinaan dan pendampingan terhadap pada kelompok perempuan yang terkena kanker," ujar Noordjannah lagi.
Tentunya, dalam mengadvokasi masyarakat terkait masalah-masalah yang ada, harus dilakukan sejak dini. Hal ini dilakukan Aisyiyah maupun NA sebagai upaya dalam mengawal kehidupan berbangsa dan bernegara.
Secara terpisah Ketua Umum Pimpinan Pusat NA, Diyah Puspitarini mengatakan, NA telah berdiri sejak 1931. Pengkaderan memang merupakan suatu yang wajib di tubuh NA. Adapun fokus gerakan NA adalah untuk memberikan layanan dan penyadaran terhadap masyarakat, terutama perempuan.
Hal ini perlu dilakukan guna mengentaskan berbagai permasalahan di masyarakat. Penyadaran dilakukan guna mengubah pola pikir perempuan untuk mengubah dirinya sendiri. Sebab, perempuan memiliki kemampuan untuk merubah dirinya dan bangsa Indonesia.
Dengan begitu, bagi mereka yang tersadarkan, maka mereka akan melakukan penyadaran kepada kelompok masyarakat lain. "Ketika mereka mau menerima pendekatan NA, saya yakin permasalahan perempuan di Indonesia ini bisa teratasi dengan sendirinya," ujar Diyah.