REPUBLIKA.CO.ID, Bahlil Lahadalia, Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi)
Inspirasi Sang Nakhoda Pengusaha Muda dari Timur
Oleh: Adinda Pryanka
Setiap tahun Republika menggelar penganugerahan Tokoh Perubahan. Mereka yang terpilih adalah sosok-sosok yang memberikan kontribusi nyata bagi bangsa dan melakukan perubahan di tengah masyarakat. Berikut adalah profil mereka.
*******
Tidak pernah terlintas dalam pikiran Bahlil Lahadalia untuk menjadi seorang pengusaha. Apalagi, menjadi pemimpin organisasi yang berisikan para petinggi perusahaan swasta dengan berbagai latar belakang: Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi).
Bahlil mengawali kiprahnya di Hipmi mulai dari tingkat DPC Kota Jayapura, Papua, pada 2004. Dua tahun kemudian, ia diangkat sebagai wakil bendahara Dewan Pimpinan Daerah Hipmi Papua.
"Pada 2007, saya terpilih sebagai ketua umum Hipmi Papua. Waktu itu, saya dilantik Sandiaga Uno yang sedang menjabat sebagai ketua umum Hipmi," ujar pria kelahiran 1976 itu.
Kiprahnya terus melaju hingga ke tingkat nasional. Saat itu, Hipmi berada di bawah kepemimpinan Erwin Aksa periode 2008-2011. "Saya masuk dari struktur terendah dulu, yakni di departemen, kemudian naik ke kompartemen. Tidak lama, saya diangkat jadi ketua bidang infrastruktur," ujarnya.
Pada Musyawarah Nasional (Munas) Hipmi tahun 2014, Bakhlil dicalonkan sebagai ketua umum. Saat itu, ia harus bersaing dengan sederet pengusaha yang berasal dari keluarga konglomerat.
"Sedangkan saya anak konglomelarat. Waktu saya maju, banyak yang pesimistis saya menang," kata dia.
Meski sempat diragukan, Bahlil tetap bertekad untuk maju bersaing di ajang Munas Hipmi. "Saya punya pandangan, nasib manusia ya ditentukan oleh manusia itu sendiri," ungkapnya.
Menurut dia, meski pengusaha lain berasal dari keluarga konglomerat, tapi jika mereka tidak dapat mengelola dengan baik, maka tidak akan sukses.
"Seperti yang Allah bilang, Ia tidak akan mengubah nasib suatu kaum kalau tidak berjuang," ucapnya.
Setelah melalui proses munas, Bahlil akhirnya terpilih menjadi ketua umum Hipmi. "Saat itu, Hipmi mencatatkan sejarah baru, yakni sudah resmi memiliki ketua dari Indonesia barat ke timur, Aceh sampai Papua."
Di bawah nakhodanya, Hipmi kini sudah berbenah diri. Bahlil berupaya untuk mengikis citra Hipmi sebagai tempat berkumpulnya anak-anak borjuis.
Hipmi, kata dia, milik semua anak bangsa yang memang mau menjadi kader Hipmi. Hipmi bukan hanya untuk orang kaya. "Hipmi lahir dengan cita-cita mengubah nasib dan pola pikir anak muda untuk menjadi pebisnis," ujarnya.
*****
Perjalanan hidup sang nakhoda Hipmi asal Papua ini memang kaya inspirasi. Bahlil lahir dari pasangan buruh bangunan dan buruh cuci yang tinggal di Fak Fak, Papua Barat, sejak kecil Bahlil sudah terbiasa bekerja keras demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Termasuk, agar ia dapat terus menempuh pendidikan.
Saat duduk di bangku SD, Bahlil sudah berjualan kue buatan sang ibu di sekolah. Memasuki SMP, ia mulai akrab dengan kehidupan terminal karena menjadi kondektur angkutan umum. Lalu, ia banting setir menjadi sopir angkot saat duduk di bangku SMEA.
"Karena gedung sekolah saya gantian dengan SMP, jadwal narik saya bergantung shift masuk sekolah. Kadang pagi, kadang sore," ujar lelaki kelahiran 1976 tersebut ketika ditemui Republika di kantornya, kawasan Mampang, Jakarta Selatan, Kamis (18/4).
Seusai menamatkan pendidikannya di SMEA, Bahlil memutuskan untuk hijrah dari Fak Fak. Ia pun merantau ke kota. Jayapura dipilihnya sebagai tempat melanjutkan pendidikan sekaligus mengadu nasib. Niatannya, ia ingin kuliah di Universitas Cenderawasih, perguruan tinggi unggulan di Papua.