REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN), Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Arya Sinulingga, mengatakan, proses pemilu serentak 2019 memang berat bagi semua pihak, terlebih bagi penyelenggara seperti petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS). Karena itu, ia merasa, permasalahan itu perlu dicari jalan keluarnya agar kejadian serupa tak kembali terjadi.
"Saya lihat, evaluasi bagi proses pemilu kita ya. Bahwa mungkin menyatukan antara pileg dan pilpres ini berat memang. Bagi semuanya berat. Bagi penyelenggara pun berat," terang Arya di Posko Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (22/4).
Ia mengatakan, jangankan petugas KPPS, pihak-pihak yang menjadi saksi saja merasa begitu letih mengikuti proses penghitungan suara. Mereka harus bekerja dari pagi hingga pagi lagi.
Belum lagi jika ditemukan masalah. Karena itu, ia merasa, menjadi petugas pada pemilu kali ini akan sangat meletihkan.
"Karena mereka menyelenggarakan sampai berapa desa itu untuk satu kecamatan. Jadi banyak banget yang memang jadi persoalan. Jadi ke depan kayaknya harus dipisah ya," ujar dia.
Sebelumnya, Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Viryan Aziz mengatakan, sebanyak 54 petugas penyelenggara pemilu (KPPS) meninggal dunia pada saat bertugas dalam Pemilu 2019. Selain itu, ada 32 petugas KPPS yang sakit setelah bertugas.
"Ada sebanyak 86 petugas yang mengalami musibah. Yang meninggal dunia ada 54 orang dan sakit 32 orang," ujar Viryan ketika dikonfirmasi wartawan, Senin (22/4).
Data tersebut, kata dia, berdasarkan hasil rekapitulasi KPU pada Ahad (21/4) malam. Sementara data terbaru pun masih terus berkembang.