REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Sosiolog dari Universitas Jenderal Soedirman Tyas Retno Wulan mengatakan pendidikan menjadi kunci bagi perempuan untuk berdaya dan memiliki posisi tawar dalam relasi apapun. Di dalam konteks dunia kampus misalnya, perempuan harus berani berkata tidak terhadap perlakuan yang tidak menyenangkan dari pacar atau pihak-pihak manapun yang melakukan kekerasan.
"Pendidikan sangat penting bagi perempuan. Pendidikan bermakna sangat luas. Pendidikan juga menjadi kunci bagi perempuan untuk berkata tidak terhadap ketidakadilan," katanya di Purwokerto, Ahad (21/4).
Karena itu, kata dia, penting untuk juga merancang proses pembelajaran berbasis kesetaraan gender dan inklusi sosial (GESI). Terlebih lagi, perguruan tinggi memegang peranan strategis melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat untuk mewujudkan kesetaraan gender dan inklusi sosial.
"Integrasi perspektif GESI dalam proses pembelajaran mengandung pengertian sebagai suatu usaha untuk menanamkan nilai-nilai pada mahasiswa peserta pembelajaran. Perspektif GESI perlu diintegrasikan di dalam pembelajaran karena pada semua mata kuliah potensial disisipi GESI," katanya.
Produk pembelajaran yang berperspektif gender, kata dia, adalah adanya kesamaan akses, partisipasi, kontrol atau keberanian mengambil keputusan, dan memberi manfaat yang sama antara mahasiswa laki-laki dan perempuan.
"Kesadaran mahasiswa terhadap perspektif GESI merupakan pembiasaan untuk menghapus berbagai hal yang cenderung bias gender," katanya.