Kamis 18 Apr 2019 17:15 WIB

Masjid Sebagai Rumah Pemuda Islam

Kita perlu mengajak kembali pemuda Islam untuk memikirkan masa depannya di masjid.

Ilustrasi Masjid
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Masjid

Pertama kali ditunjuk sebagai pengurus dari Dewan Masjid Indonesia (DMI) oleh Ketua Umum DMI HM Jusuf Kalla, saya merasa seperti diberikan kesempatan yang besar untuk kembali berbuat lebih banyak lagi kepada ummat dan bangsa. Kesempatan ini barangkali saya anggap tidak hanya sebagai kesempatan yang besar melainkan sekaligus momentum yang tepat bagi saya untuk menyelesaikan kegelisahan saya selama ini mengenai kesenjangan sumberdaya pemuda di masjid-masjid di Indonesia.

Ada banyak hal yang saya cemaskan dari kondisi masjid di Indonesia wa bil khusus berkaitan tentang posisi dan keterlibatan pemuda di masjid-masjid yang ada di Indonesia. Kecemasan ini jugalah yang memang kerap kali menjadi bahan perbincangan saya bersama-sama dengan Pak Jusuf Kalla. Kita bersama-sama mengamati persoalan tersebut tentang bagaimana ketersediaan sumber daya pemuda yang ada di setiap masjid di Indonesia.

Dari tulisan ini sekiranya saya ingin mengangkat sedikit gambaran tentang ketimpangan sumber daya pemuda di masjid yang ada di beberapa daerah di Indonesia dengan perbandingan pada daerah lainnya dan juga untuk membuktikan isu kesenjangan sumber daya pemuda di masjid merupakan satu permasalahan yang urgen bagi umat Islam di Indonesia saat ini.

Isu kesenjangan sumber daya pemuda masjid adalah kondisi tertentu di mana hal tersebut akan membuat kemajuan perkembangan dari umat Islam di Indonesia akan menjadi semakin menjadi lebih lambat. Dalam perspektif saya, kemajuan umat Islam di Indonesia akan semakin cepat terwujud jika antusiasme pemuda di masjid-masjid di Indonesia menjadi lebih masif dan tidak timpang antara satu masjid dengan masjid lainnya.

Jika di masjid lainnya pemudanya aktif untuk melakukan sejumlah aktifitas maka seharusnya pada saat yang bersamaan pemuda yang ada di masjid lainnya melakukan hal yang sama. Sehingga dengan demikian, sumber daya pemuda di masjid menjadi kekuatan dominan untuk mengembangkan kehidupan keummatan yang lebih baik.

Kesenjangan potensi antara masjid inilah yang selalu membuat saya terdorong untuk mengisi kekosongan tersebut. Dan bagi saya ada peluang besar untuk melakukan hal-hal yang mendasar dalam konteks keummatan dan kebangsaan ini. Mengapa mendasar, karena masjid adalah rumah Allah, tempat berkumpulnya semua umat Islam, apa pun mazhabnya, berapa pun usianya, dan apa pun latar belakang keislamannya.

Pemuda Kembali ke Masjid

Jika kita telusuri bersama, salah satu faktor penting yang menyebabkan kesenjangan sumber daya pemuda di masjid saat ini, bagi saya, adalah ketiadaan ruang bersama para pemuda Muslim di masjid-masjid yang ada di Indonesia. Di masjid yang ada di Jakarta misalnya, sebut saja Masjid Cut Meutia Menteng, Masjid Agung Sunda Kelapa Menteng, Masjid Agung Al Azhar Kebayoran, juga Masjid Al Amin Radio Dalam lebih banyak dihuni oleh pemuda/remaja mesjid karena adanya ruang bersama untuk mereka.

Ruang bersama yang menghadirkan seluruh macam aktivitas mulai dari kegiatan ekonomi, kegiatan kajian, pendidikan dan juga lainnya tanpa melihat latar belakang keislamannya maupun warna organisasinya. Ruang bersama ini bagi saya dibutuhkan agar pemuda atau remaja Muslim juga dapat berbicara tentang kebijakan ekonomi umat, agar pemuda Islam lainnya yang juga mengerti dan paham tentang teknologi akan berbicara tentang pemanfaatan teknologi untuk umat Islam dan seterusnya. Ruang masjid harus diciptakan dan senantiasa menghadirkan ruang bersama yang dapat memfasilitasi seluruh potensi pemuda Muslim.

Perlu kita sadari keberadaan sekat-sekat keislaman yang kini semakin tebal telah menciptakan hal-hal yang tidak produktif bagi pemuda-pemuda. Muslim di Indonesia, yang membuat pemuda Muslim secara pikiran sulit untuk saling bertemu. Pada akhirnya, pemuda Muslim semakin tidak peka dengan perkembangan dan persoalan yang dihadapi oleh umat Islam saat ini. Pemuda Muslim tidak responsif dengan banyak hal yang terjadi, sehingga mendatangkan kerugian kita sebagai umat Islam.

Ironisnya bahkan pemuda Muslim berjarak dengan masjid serta absen di dalam pengelolaan masjid. Padahal, bagi saya banyak sekali permasalahan dasar yang menurut saya sudah menuntut keharusan banyak pemuda Muslim untuk lebih banyak memeberikan perhatian dan bergerak bersama membangun melalui masjid.

Isu-isu dasar ekonomi, tanpa perlu melihat sekat-sekat tertentu, menurut saya perlu dipropagandakan kembali untuk membuat banyak pemuda Muslim lebih peka pada perkembangan keumatan. Ketersediaan sumber daya ekonomi umat Islam, kelayakan hidup umat Islam Indonesia, serta peningkatan taraf hidup dan sejumlah hal lainnya.

Karena itu, kita harus kembali melakukan pengarusutamaan sebuah pikiran penting di Indonesia bahwa masjid adalah wajah umat Islam, masjid adalah gambaran yang sebenarnya dari spirit keislaman suatu pemuda dari sebuah bangsa. Dan bagi saya prinsip yang paling utama dalam membangun peradaban umat Islam dapat dimulai dengan meramaikan seluruh kegiatan yang ada di masjid.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement