Kamis 18 Apr 2019 07:37 WIB

Ada TPS 'Angker' di Lebak Bulus

Kebetulan TPS 073 berdekatan dengan tempat pemakaman umum

Tempat Pemungutan Suara (TPS) bertema horor di Jalan Gunung Balong I, Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
Foto: Republika/Haura Hafizhah
Tempat Pemungutan Suara (TPS) bertema horor di Jalan Gunung Balong I, Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, Terdapat nuansa yang unik di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 073 di Jalan Gunung Balong 1 RT 09 RW 04 Kelurahan Lebak Bulus, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan. Warga membuat TPS dengan tema horor untuk pemungutan suara yang dilaksanakan pada Rabu (17/4).

Berdasarkan pantauan Republika pada Rabu (17/4), di TPS 073 ini semua dekorasinya bernuansa horor. Seperti, kuburan yang terbuat dari kardus dengan taburan bunga kamboja, kendi yang diisi kembang, lukisan yang menyeramkan, kain putih yang bergantungan dengan bercak warna merah, serta irama nada yang menyeramkan.

Petugas KPPS pun memakai kostum ala hantu. Ada yang memakai kostum pocong, valak, drakula, dan sebagainya. Sehingga, anak-anak pun ramai mengunjungi TPS ini. Adapun, photobooth yang menyediakan kostum untuk warga yang ingin berfoto. Tukang gorengan dan pedagang siomai pun memadati TPS ini.

Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) RT 09 RW 04 Yasin Adnan mengatakan, adanya tema horor ini untuk mengundang rasa penasaran warga terhadap TPS. Sehingga, mereka mengikuti pencoblosan pemilihan umum (pemilu).

“Biar mereka pada mencoblos dan mengurang golongan putih (golput). Lagian semua warga juga mendukung dengan konsep ini,” tutur Yasin kepada Republika dengan kostum drakula.

Yasin mengaku, properti nuansa horor ini berasal dari sumbangan warga. Untuk menyiapkan dekorasi hanya butuh waktu satu malam. Sedangkan, kostum dan rias wajah inisiatif dari masing-masing anggota KPPS.

“Kami ada sembilan anggota. Semua kami lakukan sendiri. Dari kostum, rias wajah, dan dekorasi. Warga pun mendukung, kami meminjam properti dari masing-masing warga,” ujar dia.

Menurutnya, RT 09 RW 04 terbagi dua TPS dengan nuansa yang berbeda. Kalau TPS 074 itu di sekolah Widuri dengan nuansa yang biasa. “Nah, yang di sini kan nuansanya horor. Dekat juga sih dengan makam Gulak Dikung,” kata dia.

Kemudian, warga yang terdaftar di TPS 073 sebanyak 288 DPT. Masing-masing warga membawa surat DPT dan menunggu namanya dipanggil. “Ya mereka mengantre setelah surat DPT-nya dikasih ke petugas,” ujar dia.

Yasin berharap, ke depannya, bisa mengusung tema dengan kreatif lagi. Sebab, selain membuat warga tertarik juga hiburan bagi warga. “Biar enggak bosan saja sambil nunggu. Bisa foto dan menikmati suasana yang horor ini,” kata dia menambahkan.

Salah satu warga, Jeldi Ramadhan (67 tahun), mengatakan, untuk pencoblosan hari ini tidak tepat waktu. Sebab, berdasarkan undangan dimulai dari pukul 06.30 WIB sampai 13.00 WIB.

“Ya ini managemen waktunya kurang diatur. Baru mulai tadi, 08.30 WIB. Sedangkan, warga di sini banyak. Apakah terpenuhi sampai jam 13.00 WIB?” kata Jeldi.

Jeldi menambahkan, sempat mendapati warga yang datang, tetapi pergi lagi karena urusan pekerjaan. Dengan begitu, ketidaktepatan waktu membuat pemilih ini kehilangan suara.

Jeldi berharap, pemilu selanjutnya tidak terjadi keterlambatan waktu lagi. Sebab, jika ini terus terjadi warga akan menggampangkan waktu yang ditetapkan.

Kemudian, nuansa horor membuat Jeldi senang. Sebab, TPS ini baru pertama kalinya di Lebak Bulus. “Tadi saya foto, nih dicetak. Kreatif ya. Biar enggak jenuh juga menunggu,” ujar dia sambil menunjukkan hasil fotonya.

Warga lainnya, Lilis Suryani (35 tahun), ibu rumah tangga, mengatakan, dari malam ia melihat di televisi ada TPS yang bertema horor. Ia pun menyadari, TPS tersebut berada di dekat rumahnya. “Pas saya lihat, itu mah TPS dekat rumah saya. Nih anak saya pada senang melihat hantu. Sampai bisa foto nih,” kata Lilis.

Lilis tinggal di Gunung Balong sejak ia lahir. Baru pertama kalinya ada TPS horor di lingkungannya. Ia merasa senang dan terhibur. “Sambil nunggu, foto, dan coblos pemilu. Lengkap deh yah,” kata dia menambahkan.

Sementara, Kartika (17 tahun) mengatakan, merasa cemas dan takut untuk mencoblos karena baru pertama kalinya ikut pemilu. “Kertasnya lebar banget. Jadinya lama sih buat mencoblosnya. Selebihnya lancar kok. Cuma rada deg-degan saja,” ujar Kartika.

Kartika sudah menetapkan pilihan sejak lama. Sebab, ia sering berdiskusi dengan bapaknya tentang politik. Sehingga, ia bertekad tidak akan golongan putih (golput). “Ya, ke depannya, untuk Presiden yang terpilih bisa membawa generasi muda untuk lebih maju. Karena kan sekarang banyak tawuran dan bullying,” harap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement