Rabu 17 Apr 2019 11:41 WIB

Pernah Kalah di Pilpres, Mega: Waktu Kalah Saya Ndak Ribut

Megawati mengatakan hasil pemilu harus disikapi dengan bijak.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Indira Rezkisari
Ketua Umum PDI Perjuangan yang juga Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri menunjukkan jarinya yang telah dicelup tinta seusai menggunakan hak pilihnya pada Pemilu 2019 di TPS 62, Kebagusan, Jakarta, Rabu (17/4).
Foto: Antara
Ketua Umum PDI Perjuangan yang juga Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri menunjukkan jarinya yang telah dicelup tinta seusai menggunakan hak pilihnya pada Pemilu 2019 di TPS 62, Kebagusan, Jakarta, Rabu (17/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri meminta semua warga negara menyambut Pemilu 2019 dengan riang gembira. Dia kemudian mengimbau semua peserta pemilu untuk menerima apapun hasil dari pemungutan suara yang terjadi.

Mega mengatakan, kekalahan dalam setiap pemilu merupakan hal yang harus disikapi dengan bijak. Dia melanjutkan, peserta pemilu seharusnya menerima kekalahan mereka tanpa perlu meributkan hal apapun.

Baca Juga

Mega kemudian bercerita sedikit tentang kekalahannya saat mengikuti ajang pemilihan kepala negara pada 2004 dan 2009 lalu. Saat itu Mega yang didampingi Hasyim Muzadi kalah dengan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Jusuf Kalla pada 2004.

Kekalahan serupa juga dialami Megawati saat ditemani Prabowo Subianto pada 2009. Saat itu keduanya kalah oleh pasangan SBY-Boediono. Saat itu, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu mengaku menerima kekalahannya dengan lapang dada.

"Saya kan juga pernah ikut pilpres, waktu kalah ya saya ndak ribut sudah ketawa saja kita makan-makan," Megawati.

"Hasilnya apapun ya kita riang gembira saja. Itu pilihan rakyat," kata Megawati usai menggunakan hak suaranya di TPS 62, Kebagusan, Jakarta Selatan pada Rabu (17/4).

Sekretaris Jendral PDIP Hasto Krostiyanto mengatakan, sikap Megawati Soekarnoputri mengingatkan bahwa pemilu ini rakyat menunjukkan kegembiraannya. Dia melanjutkan, pemilu adalah pesta demokrasi itu sendiri.

Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) itu melanjutkan, karena itulah bagi seluruh bangsa harusnya menerima suara dan kehendak rakyat itu. Dia mengatakan, jangan sampai ada ancaman-ancaman people power jika mengalami kekalahan dalam Pilpres 2019.

"Sehingga mereka yang sebelumnya memberikan tekanan-tekana pada penyelenggara pemilu dengan ancaman people power untuk tidak melakuka hal itu karena akan berhadapan dengan kekuatan rakyat itu sendiri," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement