REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Muhammad Said Didu, mengatakan tidak akan melaporkan kasus peretasan akun twitter pribadi miliknya kepada pihak kepolisian. Sebab, Said Didu mengatakan, berdasarkan pengalamannya, ketika melaporkannya kepada pihak kepolisian maka terjadinya pengambil alihan seluruh identitas milik si pelapor.
"Ketika melapor maka akun media sosial kita akan diambil alih, diminta nomor telepon, email, password-nya dan sebagainya," kata Said pada konferensi pers di Jakarta, Ahad (14/4).
Menurut dia, pengambilalihan seluruh identitas miliik justru akan membuat si pelapor atau pengguna media sosial justru tidak akan bisa menggunakan media sosial. "Identitas pribadi kita sudah diambil alih semua dan tak akan pernah kembali atau tidak akan diungkap siapa pengambilalihan tersebut," kata Said.
Sejak Sabtu (13/4) malam, akun @saididu memuat pelbagai konten yang tidak bersumber dari pemiliknya. Adapun konten-konten yang disebarkan akun @saididu sejak dibajak bersifat tendensius terhadap sosok Ustaz Abdul Somad (UAS).
Pada Kamis (11/4) lalu, UAS telah menunjukkan dukungannya secara terbuka terhadap Prabowo Subianto. Video rekaman dukungan tersebut disiarkan pertama-tama oleh stasiun televisi TvOne.
Said Didu menduga alasan peretasan akun Twitter miliknya, @saididu, lantaran ia hendak mengungkap kebohongan dalam data debat pilpres yang dilakukan pada Sabtu (13/4) malam. Sebab, Said menuturkan, akunnya diretas dan diambil oleh orang tak dikenal saat debat pilpres sedang berlangsung.