REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Calon anggota DPD daerah pemilihan Maluku Utara, Tjatur Sapto Edy mengaku menerima banyak pertanyaan tentang pencalonannya di Maluku Utara.
"Beberapa hari lalu seorang Dosen Unkhair bertanya kepada saya, Koq bisa-bisanya Pak Tjatur menjadi Caleg DPD RI dapil Maluku Utara? Kan sudah di DPR dan jauh sekali dari dapil sebelumnya,” kata Tjatur bercerita tentang pengalamannya, Sabtu (13/4). Pertanyaan semacam ini, lanjutnya, banyak dijumpai saat berkeliling ke sepuluh kabupaten/kota di Maluku Utara.
Menghadapi pertanyaan itu, Tjatur mengatakan, sudah banyak memberikan jawaban, dan jawaban yang juga telah banyak diketahui oleh masyarakat Maluku Utara terutama yang sempat bersilaturahim langsung.
Dipaparkanya, sebagai hamba Allah, sudah seharusnya mensyukuri berbagai nikmat-Nya yang begitu berlimpa. Demikian pula dengan Tjatur. Menurutnya, Allah telah limpahkan nikmat yang berlimpah-limpah, seperti pendidikan yang sangat baik ( ITB, Bandung), rejeki yang cukup, pernah menjadi Ketua Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Lingkungan Indonesia (IATPI), Ketua Alumni Keluarga Mahasiswa Islam ITB dan terlebih lagi bisa duduk mewakili rakyat di DPR RI selama tiga periode.
"Selama menjadi Anggota DPR RI saya terpilih dua kali sebagai Ketua Fraksi PAN dan memimpin Komisi paling populer yaitu Komisi III yang membidangi Hukum dan Keamanan,” paparnya.
Sebagai perwujudan rasa syukur tersebut dan atas permintaan yang bertubi-tubi dari para sahabat, menurut Tjatur, ia membulatkan tekad menjadi Calon Anggota DPD RI mewakili Maluku Utara.
Mengenai pilihannya maju DPD dari dapil Maluku Utara, Tjatur mengatakan Maluku Utara mempunyai berbagai keunggulan. Seperti sejarah kepahlawanan yang amat panjang, berada pada kawasan paling strategis, serta memiliki sumber daya alam hayati dan nonhayati yang lengkap. Untuk yang pertama tentu kita semua sudah sangat paham. Secara geoekonomi, posisi Maluku Utara sangat strategis karena tepat berhadapan dengan kawasan ekonomi terbesar dunia yaitu Pasifik. Sekitar 60 % GDP dunia berada di kawasan ini.
Kekayaan alam Maluku Utara sudah sangat terkenal berabad-abad lalu. Tajtur mengaku, sahabatnya Dr. Mochtar Adam, Dosen Ekonomi Unkhair, dalam diskusi di Cafe Jarod empat hari lalu mengatakan, “Gara-gara cengkeh Maluku Utara, Nusantara menjadi jajahan bangsa Eropa.” Demikian besar pengaruh kekayaan Maluku Utara yang begitu mendunia. Selain sumber daya alam hayati, bumi Maluku Utara juga mengandung mineral yang menjadi bahan utama industri masa depan yaitu komponen motor dan mobil listrik yang akan segera melanda dunia.
Melihat kedua hal terakhir ini, lanjut Tjatur, tidak mengherankan bahwa telah, sedang, dan akan semakin besar arus manusia, modal, barang dan jasa serta iptek masuk ke kawasan ini. Pilihan untuk kita hanya ada dua. "Pertama apakah adik-adik kita, anak cucu kita akan menjadi penonton atau menjadi tuan rumah yang baik dengan menjadi pemain utama. Ya, tentu kita punya harapan besar agar generasi mendatang menjadi pemain utama,” ungkapnya.
Untuk mewujudkan mimpi tersebut, kata Tjatur, generasi Maluku Utara mendatang haruslah memiliki kemampuan lebih daripada provinsi lain. Hal ini karena tantangan di sini jauh lebih dahsyat.
Anak-anak Maluku Utara harus tumbuh sehat, pintar dan berkhlak mulia. Maka harus hadir sistem pendidikan dan kesehatan yang berkualitas yang compatible dengan daerah Kepulauan. Kata Tjatur, pendidikan dan kesehatan tersebut tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit, sehingga harus ada program besar guna meningkatkan pendapatan daerah dan masyarakat.
Bagaimana meningkatkan pendapatan daerah dan masyarakat ? Menurut Tjatur, kuncinya adalah semua hasil bumi harus diolah untuk memberikan nilai tambah. "Kelapa harus diolah, ikan harus diolah dan lain-lain. Harga kopra hitam anjlok menjadi Rp. 3000,- per kg. Kalau diolah menjadi kopra putih harga menjadi sekitar Rp. 9000,- per kg, kemudian bila diolah lanjutan menjadi minyak kelapa harga menjadi Rp. 18.000,- per kg,” paparnya.
Untuk mengolah kekayaan alam Maluku Utara, menurut Tjatur, dibutuhkan energi yang cukup dengan harga terjangkau. Saat ini biaya penyediaan listrik (BPP) PLN untuk Maluku Utara adalah salah satu termahal di Indonesia. Ini karena sumber energi mayoritasnya adalah BBM yang mahal. Maka kita harus berusaha mencari sumber energi alternatif yang berasal dari Maluku Utara sendiri.
Alhamdulillah, lanjut Tjatur, setelah 1,5 tahun berjuang maka pada Selasa 2 April 2019 ditandatangani MoU Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) Sofifi sebesar 10 MW. PLTBm ini adalah pertama dan terbesar di Indonesia yang terintegrasi dengan hutan tanaman energi.
Tjatur berharap pembangunan PLTBm Sofifi ini akan menjadi berkah bagi masyarakat Maluku Utara karena akan banyak menyerap banyak tenaga kerja, mendorong pertumbuhan ekonomi dan pendapatan masyarakat.
Tjatur mengatakan, kehadirandi Maluku Utara adalah untuk bersama masyarakat Maluku Utara menyiapkan masa depan anak cucunya agar mampu menjadi tuan rumah. Mereka harus menjadi pemain utama di Maluku Utara mendatang.
"Semoga ilmu pengetahuan, pengalaman dan jaringan politik serta ekonomi saya lebih bermanfaat bagi wilayah strategis dan kaya ini,” ungkapnya.