REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisioner Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI Mochammad Afifudin menyatakan potensi kerawanan pemungutan suara lewat metode pos untuk pemilih di luar negeri lebih tinggi dibanding metode lainnya. Ada tiga metode atau cara bagi pemilih di luar negeri untuk menyalurkan hak pilihnya.
"Ini bukan hal mendadak terjadi dari peristiwa di Indonesia. Pemilu sebelumnya ada meski tidak sama. Kami Bawaslu punya tim pencegahan. Potensi kerawanan di pos lebih tinggi dari yang lain," ujar Afifudin di kantor Bawaslu RI, Kamis (11/4).
Ia mengatakan tiga metode pemungutan suara untuk pemilih di luar negeri, yakni kotak suara keliling (KSK), melalui tempat pemungutan suara (TPS) yang disediakan panitia pemungutan luar negeri (PPLN), dan melalui pos yang bekerja sama dengan otoritas setempat. Metoda KSK merupakan kotak suara dikelilingkan ke permukiman atau tempat kerja pemilih, sedangkan TPS disediakan di KBRI atau KJRI.
Metoda lewat pos dikirim ke alamat rumah pemilih masing-masing yang tercatat di PPLN. Pemungutan lewat pos ini dilakukan lebih awal, karena proses surat sampai ke pemilih akan memakan waktu, begitupula sebaliknya.
Setelah dicoblos, surat suara harus dikirimkan ke PO BOX yang telah ditentukan. Pengiriman surat suara lewat pos dilakukan sejak tanggal 8 April.
Sementara cara pemungutan suara lewat TPS dan KSK dilakukan pada 14 April. Setelah selesai melakukan pemungutan suara, baru akan dilakukan penghitungan pada 17 April 2019.
"Ini (metode pos) karena titiknya masuk ke tiap rumah, tiap alamat, lebih susah diawasi," kata dia.
Mengenai video surat surat tercoblos di Malaysia, ia mengatakan, berdasarkan informasi yang ia dapatkan dari Panwas LN, merupakan surat untuk pemungutan melalui pos. Kendati demikian, Bawaslu dan KPU akan tetap melakukan investigasi terkait kebenaran peristiwa tersebut.
"Kami akan memastikan informasi-informasi tersebut, kalau penyimpanan (surat suara) di KBRI, kenapa ada di rumah itu. Jika kemudian ditemukan bukti lainnya akan disikapi sesuai dengan undang-undang," kata dia.
Komisioner KPU RI Viryan Azis mengatakan, pemilih di PPLN Kuala Lumpur, Malaysia didominasi penggunaan metode melalui pos. Ia mencatat, total pemilih mencapai 558.873 yang terdiri atas 301.460 pemilih laki-laki dan 257.413 pemilih perempuan.
Pemilih yang tercatat menggunakan TPS sebanyak 127.077 orang dengan 255 TPS. Pemilih melalui jalur KSK mencapai 112.536 pemilih dengan jumlah KSK sebanyak 376 unit.
Sementara pemilih melalui Pos mencapai 319.293 orang dengan total pos 160. "Mayoritas pemilih di Kuala Lumpur menggunakan pos. Hal lain apakah surat suara (dicoblos) dari KPU, nanti bakal dilihat apakah ada tandatangan dari petugas kami atau tidak," kata dia.