REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Bahaya narkotika semakin menghantui generasi muda bangsa Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Sosial (Kemensos), kerugian akibat narkotika di Indonesia per tahunnya mencapai puluhan triliun rupiah.
Menteri Sosial (Mensos) Agus Gumiwang mengatakan, penggunaan narkotika membawa kerugian Rp 70 triliun per tahun. Nahasnya, pecandu narkotika paling tinggi di Indonesia berada di Provinsi Jawa Barat (Jabar).
"Jabar itu menduduki peringkat pertama prevelensi penggunaan narkoba. Ada sekitar 646 ribu di Jabar, meski di Tasikmalaya, relatif kecil. Perhatiannya harus lebih besar," kata dia saat melakukan kunjungan kerja ke Pesantren Ath-thohariyyah, Kabupaten Tasikmalaya, Kamis (11/4).
Karena itu, ia mengajak pondok pesantren untuk aktif dalam memerangi narkotika. Menurut dia, narkotika merupakan ancaman bagi masa depan bangsa, khusunya generasi muda yang rentan dipenetrasi oleh para mafia narkotika. Pasalnya, selain merusak mental, penyalahgunaan narkotika juga membawa berbakai penyakit sepertu HIV/Aids, TBC, dan hepatitis.
Ia mengakatan, kerugian akibat penyalahgunaan narkotika yang mencapai puluhan triliun rupiah itu seharusnya bisa digunakan untuk membangun bangsa Indonesia. Karena itu, pencegahan harus terus dilakukan agar kerugian negara tak semakin besar.
Kemensos terus berupaya melakukan sosialisasi untuk memerangi narkotika. Sementara untuk yang sudah terlanjur terkena, Kemensos aktif dalam melakukan rehabilitasi.
Agus mengatakan, saat ini sudah ada sekitar 16 ribu pecandu narkotika yang sudah menjalani program rehabilitasi. Ia berharap, para pecandu yang sudah direhabilitasi nantinya bisa kembali ke masyarakat untuk mebangun bangsa.
Ia mengingatkan, pencandu merupakan korban dari para bandar narkotika. Karena itu, ia meminta masyarakat untuk tidak memusuhi para pencandu yang notabene adalah korban.
Sebaliknya, para pecandu justru harus diberikan perhatian lebih dan dilaporkan ke Dinas Sosial untuk direhabilitasi. "Kalau kita menemukan pecandu, jangan dimusuhi. Kita harus anggap dia korban. Kita bantu dia agar bangkit dan bersih," kata dia.
Mereka yang sudah terlanjur kecanduan jangan dijadikan musuh. Agus mengatakan, mereka yang menjalani rehabilitasi akan disiapkan untuk menjadi manusia yang baik lagi. "Kalau ditemukan pecandu yang belum direhabilitasi, laporkan ke Dinas Sosial," kata dia.
Pelaksana harian Sekretaris Daerah Kabupaten Tasikmalaya Iin Aminudin mengakui bahwa tingkat penggunaan narkotika di Provinsi Jabar memang paling tinggi. Namun, ia mengklaim angka penyalahgunaan narkotika di Kabupaten Tasik adalah yang paling rendah di Jabar, meski ia tak bisa menyebutkan angka pastinya.
Meski begitu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tasikmalaya terus gencar melakukan sosialisasi pencegahan dan penanganan narkotika. Menurut dia, selama ini sosialisasi terus dilakukan khususnya menyasae generasi muda. "Meski kecil kita terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat, khususnya anak muda. Apalagi milenial itu kan labil, butuh sentuhan informasi," kata dia.
Pimpinan Pesantren Ath-thohariyyah, Kabupaten Tasikmalaya, Sopyan Tsauri Musaddad mengatakan, di lembaga pendidikannya sendiri sosialisasi untuk mencegah narkotika juga rutin dilakukan. Menurut dia, pihaknya selalu melakukan pembinaan secara mental dan akhlak para santri. Dengan begitu, lingkungan pesantren bisa berkontribusi untuk memerangi narkotika.
"Kita selalu melakukan pendekatan spiritual dan intelektual. Kita juga terus cegah. Paling tidak pesantren ikut andil dalam pembinaan yang dekat dengan keagamaan," kata dia.
Ia mengklaim, selama ini belum pernah ada kasus penyalahgunaan narkotika di lingkungan santri. Karena itu, menurut dia pesantren telah ikut andil dalam membentengi negara dari bahaya narkotika.