REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti senior Indikator Politik Indonesia Ahmad Khoirul Umam mengatakan, pasangan Capres-Cawapres Jokowi-Maruf Amin tetap harus bekerja keras meski di tataran survei unggul dari pasangan Prabowo-Sandiaga. Jokowi-Maruf saat ini unggul dengan selisih elektabilitas 18 persen.
"Karena peluang Prabowo-Sandi untuk menang tetap terbuka," kata Umam ketika dihubungi di Jakarta, Selasa (9/4).
Menurut Umam, saat ini elektabilitas Jokowi-Maruf lebih tinggi dibandingkan Prabowo-Sandi. Selisih elektabilitas di antara kedua pasangan capres-cawapres itu berkisar 18 persen.
Namun, lanjut Umam, jumlah pemilih yang belum menentukan pilihan (undecided voters) dan pemilih yang masih mungkin berubah pilihan (swing voters) sebesar 24 persen, lebih besar dibanding gap elektoral kedua capres-cawapres. Selain itu, tambah Umam, juga ada potensi terjadi bias partisipasi yang bisa mengubah perolehan suara.
"Bias partisipasi yang dimaksud adalah tingginya elektabilitas tidak diimbangi dengan kemampuan mobilisasi massa pemilih loyal ke tempat pemungutan suara (TPS)," kata Umam.
Menurut Umam, apabila Prabowo-Sandi bisa meraih undecided voters dan swing voters serta mampu menggiring pemilihnya ke TPS maka pasangan nomor urut 02 ini akan unggul. "Tapi jika kapasitas mobilisasi massanya relatif sama maka 01 akan tampil sebagai pemenangnya," kata Umam.
Dengan demikian, lanjut Umam, kerja keras dan kedisiplinan masing-masing mesin politik akan menentukan hasil akhir pemilihan presiden mendatang. Pilpres 2019 diikuti oleh dua pasangan capres-cawapres, yakni Nomor Urut 01 Joko Widodo-KH Maruf Amin dan Nomor Urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.