Senin 08 Apr 2019 15:20 WIB

Masuk Kemarau, BPBD Lampung Cegah Karhutla

Warga diimbau untuk tidak membakar hutan dan lahan selama kemarau.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Muhammad Hafil
Musim kemarau (ilustrasi).
Foto: Antara/Arief Priyono
Musim kemarau (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Lampung mengingatkan warga untuk mewaspadai terjadinya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) memasuki musim kemarau pada April 2019. Kebakaran hutan dapat cepat menjalar karena kondisi angin kencang.

Kepala BPBD Lampung Sena Adhi Witarta mengatakan, memasuki April wilayah Lampung mulai masuk musim kemarau disertai angin kencang. Warga diharapkan mewaspadai titik-titik api yang menyebabkan terjadinya kebakaran hutan dan lahan. “Api cepat menjalar ke lokasi hutan yang mudah terbakar, karena angin kencang,” kata Sena Adhi Witarta, Senin (8/4).

Baca Juga

Ia berharap musim kemarau pada April ini untuk tidak membakar hutan dan lahan dalam membukan kebun atau ladang. Selain itu, juga berhati-hati dalam membakar sampah dalam jumlah yang banyak. “Kami sudah instruksikan BPBD kabupaten/kota untuk mengingatkan masyarakatnya mewaspadi kebakaran hutan dan lahan,” ujarnya.

BPBD Lampung telah berkoordinasi dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Lampung mengenai kondisi cuaca ke depan. Salah satunya untuk mengetahui sebaran titik panas atau titik api di wilayah Lampung termasuk memantau pembukaan lahan pertanian yang menggunakan cara membakar lahan.

BMKG memprakirakan musim kemarau di tahun ini akan terjdi El Nno kategori lemah. El Nono sendiri merupakan suatu keadaan yang cenderung kering dan minim hujan. Dampak El Nono lemah ini tentu berbeda dengan El Nono kuat yang terjadi pada tahun 1997 dan 2015. Saat itu, cuaca sangat kering dan kabakaran hutan dan lahan besar terjadi.

Meskipun dalam kategori El Nono Lemah, potensi karhutla dan kekeringan perlu diwaspadai. Karena dampak kondisi El Nono ini dipengaruhi tiga hal yakni intensitas, waktu, dan lokasi. Di wilayah rawan karhutla pun patut waspada, karena cuaca kering tersebut . BMKG menyebutkan ketika kondisi lahan gambut kering dan tingkat kebasahannya di bawah 40 cm maka potensi kebakaran sangat tinggi. Untuk itu, wilayah Sumatra dan Kalimantan, gambut harus dipastikan tetap basah. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement