Senin 08 Apr 2019 13:29 WIB

Demokrat: Pesan SBY Diterima dengan Baik oleh Prabowo

SBY menulis surat yang mengkritisi kampanye akbar Prabowo-Sandi di GBK, Ahad (7/4).

Calon Presiden Nomor Urut 02 Prabowo Subianto bersama mantan presiden ke 6 Susilo Bambang Yudhoyono usai acara pidato kebangsaan di Jakarta Convention Center, Senin (14/1).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Calon Presiden Nomor Urut 02 Prabowo Subianto bersama mantan presiden ke 6 Susilo Bambang Yudhoyono usai acara pidato kebangsaan di Jakarta Convention Center, Senin (14/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat Hinca Panjaitan mengatakan, surat yang disampaikan Ketua Umum DPP Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diterima dengan baik dan dilaksanakan oleh pasangan capres-cawapres nomor urut 02, Prabowo-Sandi. SBY menulis surat yang mengkritisi kampanye akbar Prabowo-Sandi di GBK, Ahad (7/4).

"Pesan dari SBY itu diterima dengan baik oleh Prabowo. Karena itu, tidak ada yang salah dari pesan yang kami sampaikan dan semuanya berjalan baik serta lancar," kata Hinca dalam konferensi pers di Kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta, Senin (8/4).

Baca Juga

Hinca menjelaskan, sebenarnya surat SBY itu hanya ditujukan kepada tiga orang di internal Demokrat yaitu Sekjen Demokrat Hinca Panjaitan, Ketua Harian Demokrat Syarief Hasan, dan Ketua Dewan Kehormatan Demokrat Amir Syamsuddin. Hinca mengatakan, surat SBY itu lalu disampaikan kepada Prabowo-Sandi dan dirinya berkomunikasi dengan Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani.

"Intinya bagaimana agar kampanye Prabowo-Sandi benar-benar inklusif dan menggambarkan suasana tentang pilpres itu untuk semua, terbuka kepada siapa saja yang bisa bersama-sama mendukung Prabowo-Sandi," ujarnya.

Selain itu, menurut dia, dalam surat itu, SBY berpesan agar Pilpres 2019 tetap mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa, itu sudah disampaikan langsung kepada Prabowo-Sandi. Hinca mengatakan, pesan SBY sangat tegas bahwa pilpres harus menyatukan, bukan semangat memilah, apalagi dengan sebutan simbol-simbol identitas.

"Sebutan-sebutan pada simbol, apalagi identitas, SBY menganggap berpotensi tidak menyatukan. Jadi bisa cari tema lain yang tidak terasosiasi dengan simbol keagamaan tertentu," katanya.

Menurut Hinca, Demokrat tidak setuju adanya politik identitas karena partainya menempatkan nasionalis-religius dalam langkah politik partai. Sebelumnya, SBY menulis surat dari Singapura pada Sabtu (6/4), atau sehari sebelum kampanye Prabowo-Sandi di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) pada Ahad (7/4).

Intinya, SBY mengaku mendengar kabar bahwa konsep kampanye Prabowo-Sandi di SUGBK tidak lazim dan tidak mencerminkan kampanye nasional yang inklusif. SBY meminta petinggi Demokrat mengonfirmasi kebenaran informasi itu pada Sabtu (6/4) malam, SBY memperoleh informasi apa yang didengarnya mengandung kebenaran.

SBY kemudian menugaskan Ketua Dewan Kehormatan PD Amir Syamsudin, Waketum PD Syarief Hassan dan Sekjen PD Hinca Panjaitan menyampaikan saran kepada Prabowo agar penyelenggaraan kampanye nasional (di mana Partai Demokrat menjadi bagian di dalamnya) tetap dan senantiasa mencerminkan inclusiveness, dengan sasanti "Indonesia untuk Semua", juga mencerminkan kebinekaan atau kemajemukan.

Selain itu kampanye juga disarankan mencerminkan persatuan, "Unity in Diversity", cegah demonstrasi apalagi show of force identitas, baik yang berbasiskan agama, etnis serta kedaerahan, maupun yang bernuansa ideologi, paham dan polarisasi politik yang ekstrem.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement