REPUBLIKA.CO.ID, PADANG--Wakil Gubernur Sumatra Barat Nasrul Abit mendorong pemerintah kabupaten dan kota serta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) agar rutin mengadakan pelatihan dan simulasi di daerah rawan bencana. Hal ini kata Nasrul dapat mencegah jatuhnya korban di setiap kali terjadi bencana secara tiba-tiba.
"Ancaman itu tetap ada menurut para ahli gempa, namun kita tidak tahun itu kapan. Yang jelas ada siklus tahunan. Oleh karena itu, pemerintah kami dorong melakukan pelatihan tahun ini di daerah-daerah rawan bencana, agar memberikan pendidikan kebencanaan dengan mempersiapkan simulasi," kata Nasrul, melalui keterangan pers yang diterima Republika.co.id, Jumat (5/4).
Sumatra Barat selalu termasuk daerah yang berpotensi terjadi gempa bumi besar, teritama di daerah perairan Mentawai. Walau tidak ada informasi kapan hal tersebut terjadi, menurut Wagub, masyarakat harus dapat memahami mitigasi sehingga ketika terjadi bencana bisa meminimalisir dampaknya. Wagub berharap, agar simulasi bencana ini dapat dilaksanakan di sekolah-sekolah atau tempat-tempat keramaian.
Terkait upaya mitigasi bencana di daerah pesisir pantai Sumbar yang rawan gempa dan tsunami, baru-baru ini BPBD Provinsi Sumbar bersama BNPB dan tujuh BPBD Kabupaten Kota di wilayah pesisir telah menanam 3000 batang pohon cemara udang di sepanjang pesisir pantai. Rencananya ada sejuta pohon cemara udang yang akan ditanami di seluruh garis Pantai di Sumbar termasuk di Kabupaten Kepulauan Mentawai.
“Vegetasi alami lebih efektif mengurangi resiko tsunami daripada konstruksi atau pemasangan batu grib di bibir pantai," ucap Nasrul
Tujuh kabupaten kota yang berpotensi terdampak tsunami di Sumbar adalah Padang, Pasaman Barat, Agam, Kota Pariaman, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Pesisir Selatan dan Kabupaten Kepulauan Mentawai.Pemerintah dan BPBD sepakat melakukan penanaman Pohon cemara udang untuk mitigasi bencana karena pohon tersebut terbukti bisa membantu mengatasi abrasi. Selain itu tanaman tersebut juga bisa menghambat laju arus tsunami.