Rabu 03 Apr 2019 12:43 WIB

Lelaki Ilham dari Surga: Isra Miraj dalam Lagu Ebiet G Ade

Lelaki Ilham dari Surga adalah lagu bertema Isra’ Mikraj karya Ebiet G Ade

Ebiet G Ade
Foto: Abie ebiet g ade
Ebiet G Ade

Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika

Dalam khazanah musik Indonesia sangat langka bila ada sebuah lagu berlirik Isra Miraj. Hampir semua lagu yang bernuansa Islami tak bertema itu. Apalagi sampai ada sosok pencipta lagu dan penyanyi kondang menyanyikannya.

Lagu Islami atau yang disebut gampangan sebagai lagu religi kebanyakan bertema tentang dzat Tuhan, ajaran Islam, sikap sosial, atau interopeksi diri. Tema lagu kebanyakan berputar-putar hanya di sana saja.

Tapi khusus untuk lagu bertema Isra Mikraj ternyata baru ada —dan hanya satu-satunya— yakni terdapat pada pada lagu karya penyanyi legendaris Ebite G Ade: ‘Lelaki Ilham dari Surga’. Lagu itu ada pada album pertamanya ‘Camelia I’ yang ditulis pada tahun 1979. Dalam lagu ini Ebiet terlihat sangat kagum pada pesona pada seorang lelaki yang melintasi malam (dapat dibayangkan sebagai Isra Mikraj).

Ebiet mengambarkan lelaki itu sangat ideal sekaligus ironi khas gambaran seorang alim berwajah tampan, jujur, bermulut manis, amanah, pintar dan hal ideal lainnya. Walau begitu di lagu itu Ebiet menulis, meski si lelaki tersebut punya kemampuan untuk punya segala-galanya, dia memilih hidup sederhana bahkan lebih miskin dari siapa pun.

Ketika soal tafsir lagu ini ditanyakan langsung kepada Ebiet, dia mengatakan kaget atas adanya tafsir terhadap lagunya seperti itu. Meski dia pun tak membantah bahwa lagu itu merupakan ekspresi dirinya pada kekaguman pada sosok ‘lelaki penyintas malam’, yakni Nabi Muhammad SAW.

‘’Oh bisa gitu tafsirnya ya. Saya menulis lagu itu ya begitu saja. Cuma saya takut dan tak enak hati bila lelaki itu Rasulullah. Sebab, saya tahu peris tafsiran saya akan beda dengan tafsiran orang lain. Maka saya hindari penyebutan sosok itu,’’  kata Ebiet yang mengaku tak lagi ingat persisnya kapan dan atas dasar ide apa ketika mendapat ide untuk menulis lagu tersebut.

Mungkin apa yang dikatakan Ebiet sekedar pernyataan diri tentang kerendahan hatinya untuk menghindari ‘klaim berlebihan’ atas karyanya itu. Namun tema itu, soal sosok Nabi Muhamad SAW seperti itu memang sudah terdapat di mana-mana. Ini misalnya ada dalam kitab syair klasik pada kitab Iqd al-Jawahir, karya Syekh Ja'far al-Barzanji bin Hasan bin Abdul Karim yang lahir di Madinah tahun 1690.

Uniknya, sebutan Barzanji berasal dari nama sebuah tempat di Kurdistan (Irak bagian utara/wilayah Kurdi), Barzinj. Karya  'Iqd al-Jawahir  ini bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi: kalung permata. Oleh sang penulis rangkaian syair yang ada di kitab itu merupakan sarana untuk meningkatkan rasa cinta kepada Rasullah SAW. Muslim di Indonesia lazim menyebutnya sebagai kitab Al Barjanji.

Nah, layaknya syair klasik yang lazim  di bawakan pada momen selamatan potong rambut anak yang baru lahir dan peringatan Maulid itu, melalui lagu ‘Lelaki Ilham dari Surga’  sosok Rasullah pun digambarkan dengan begitu ideal layaknya dalam kitab Al Barjanji: Lelaki berwajah tampan, berkulit putih kemerahan, bermata hitam yang indah, berambut hitam lebat sebagai yang rapi tersisir, berbadan tegap namun tak terlalu tinggi dan tak pendek dari orang kebanyakan, selalu berbaju bersih meski sederhana, dan tubuhnya beramo wangi, dan banyak gambaran lainnya. Hanya bedanya Ebiet menuliskan sosok lelaki itu begitu tegar meski kerap di nista, di sakiti, bahkan terluka.

Dengan kata yang lebih gamblang pada kitab Burdah seperti Al Barjanj itu sosok nabi Muhammad SAW kemudian dikatakan: Laksana batu mulia yang bersinar di antara batu-batu biasa. Dengan kata lain Rasul itu memang manusia biasa, tapi dia adalah mutiara manusia.

Ahasil, dalam sisi itulah bayangan sosok lelaki yang berkelebat  pada tengah malam menempuh panjang jarak antara Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa lalu ‘mikraj’ ke langit terbayang dalam lagu ‘Lelaki Ilham dri Surga’. Gambaran sosok Rasullah yang menjadi kerinduan setiap Muslim tampak terbayang jernih.

Pada lagu itu, Ebiet mampu menghadirkannya  sebagaimana ‘ghirah’ dalam syair kitab ‘burdah’ klasik Al Barjanji yang begitu akrab oleh masyarakat.

Maka bila sayup sayup lagu yang ditulis dan dinyanyikan Ebiet itu didengarkan kembali, di situ akan berputaran gambaran sosok lelaki ideal tersebut. Ada suara celo, petikan gitar, atau pukulan ritmis drum Fariz RM, hingga suara biola yang lamat-lamat syahdu dari Suryati Supilin. Lagu dalam aransemen mendiang komposer Billy J Budiardjo mengalun manis dan penuh makna.

Tanpa sadar bayang-bayang sosok Rasulullah hadir kembali.

‘’Dia lelaki yang melintasi malam

adalah yang kemarin dan hari ini….’’

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement