Senin 01 Apr 2019 15:58 WIB

Sleman Terus Dorong Pengolahan Sampah

Sampah menjadi masalah darurat bagi Sleman dan mendorong untuk terus menambah TPS3R.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Gita Amanda
Pengolahan Sampah Sleman. Pengolahan sampah TPS3R milik Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Kenanga Merdiko di Dusun Sokomartani, Desa Merdikorejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, DIY.
Foto: Wahyu Suryana
Pengolahan Sampah Sleman. Pengolahan sampah TPS3R milik Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Kenanga Merdiko di Dusun Sokomartani, Desa Merdikorejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, DIY.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Jumlah Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) yang ada di Kabupaten Sleman memang didorong untuk terus bertambah. Hal itu dirasa semakin penting hari-hari ini ketika sampah menjadi masalah darurat bagi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Untuk jumlah, TPS3R di Kabupaten Sleman memang jauh lebih banyak dibandingkan kabupaten/kota lain di DIY. Terlebih, posisi Kabupaten Sleman memang berada di daerah atas, sehingga pengolahan sampah memiliki tingkat kepentingan tinggi.

Baca Juga

Penutupan TPST Piyungan di Kabupaten Bantul, misalnya, sudah membuat masyarakat sempat khawatir atas sampah-sampah yang ada. Sebab, tidak sedikit sampah yang tidak terangkut dan akhirnya membuat penumpukan sampah di titik-titik tertentu.

Namun, pemandangan penutupan sampah memang tidak terlalu banyak terlihat di Kabupaten Sleman. Walau hari ini blokade masyarakat sekitar sudah selesai, penutupan yang sempat terjadi tentu jadi pelajaran tersendiri masyarakat DIY.

Terlebih, bagi TPS3R-TPS3R yang ada di Kabupaten Sleman, walau bisa mengolah sampah sendiri, penutupan TPST Piyungan turut dirasakan dampaknya. Hal itu terlihat langsung dari bertambahnya sampah-sampah yang dikirimkan ke sana.

KSM Kenanga Merdiko, menjadi salah satu kelompok masyarakat yang sudah mampu melakukan pengolahan sampah. Ketua KSM, Hariyati Sumiardi mengatakan, biasanya sampah yang mereka kelola menerima sampah sebanyak dua kubik.

"Tapi, selama penutupan itu bertambah satu kubik jadi tiga kubik sampah yang datang dan belum terangkut," kata Hariyati kepada Republika, Kamis (28/3).

Ia menerangkan, kehadiran TPS3R yang mereka miliki sendiri sudah dimulai sejak 2015 melalui bank-bank sampah. Fokus mengembangkan pengolahan sampah sejak Desember 2018, KSM Kenangan Merdiko kini memiliki setidaknya 16 orang.

Sejarah singkat itu sebenarnya sudah sedikit menjelaskan kehadiran TPS3R-TPS3R di Kabupaten Sleman. Artinya, memang tidak ada solusi yang instan, sebab mereka hadir melalui proses yang sudah dilaksanakan sejak lama.

Hari ini, Hariyati menerangkan, KSM Kenangan Merdiko sudah mampu menciptakan barang-barang olahan kerajinan berbahan sampah bernilai jual tinggi. Mulai hiasan-hiasan rumah, bros, vas bunga, bunga hiasan, tirai, dan ecobrick.

Dalam mengolah, petugas-petugas TPS3R mengambil sampah dari masyarakat yang biasanya dilakukan pada Senin-Kamis. Tiap pengambilan, volume sampah yang bisa terangkut 6-8 meter kubik, dan kemudian dipilah mana yang bisa didaur ulang.

"Sekarang sudah ada 110 kepala keluarga yang berlangganan jasa pengambilan sampah, biayanya Rp 20-25 ribu per bulan, tergantung jaraknya," ujar Hariyati.

Ketua Pemilahan KSM Kenanga Merdiko, Sri Murwati menjelaskan, awalnya mereka memang belajar membuat kerajinan dari internet. Setelah bisa, kemampuan itu ditularkan kepada anggota-anggota lain untuk bisa mengolah sampah plastik.

Hari ini, kerajinan buatan mereka seperti hiasan-hiasan rumah sudah bisa dijual dengan harga mulai Rp 15 ribu. Tapi, untuk kerajinan seperti tas pesta, bahkan mampu dijual dengan harga sekitar Rp 150 ribu.

"Pemasarannya dibantu melalui media sosial, tapi banyak juga yang dijual dari mulut ke mulut, atau dipromosikan melalui bazar-bazar," ujar Sri.

photo
Pengolahan sampah TPS3R milik Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Kenanga Merdiko di Dusun Sokomartani, Desa Merdikorejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, DIY, Kamis (28/3).

Namun, pemasaran produk-produk olahan mereka masih membutuhkan dorongan. Sebab, pengolahan sampah menjadi kerajinan selama ini memang menunggu pesanan datang atau tawaran pameran, sehingga belum tentu ada.

Jaringan yang terbilang minim masih menjadi kendala besar, yang seharusnya bisa dibantu jaringan pemerintah daerah yang ada. Baik tingkat provinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan, atau desa.

Meski begitu, memang cukup disyukuri kehadiran TPS3R-TPS3R yang ada di Sleman hari ini. Selain menambah penghasilan masyarakat, kehadirannya cukup membantu mengurangi masalah sampah yang tentu masih harus ditangani.

Akhir tahun lalu saja, masing-masing individu di Kabupaten Sleman saat ini bisa menghasilkan sekitar 2,5-2,65 liter sampah per hari. Jika jumlah penduduk 1,1 juta, ditambah 300 ribu mahasiswa, artinya ada sekitar 767 ton sampah per hari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement