Senin 01 Apr 2019 15:06 WIB

Tiga Kota IHK Jatim Alami Deflasi pada Maret

Inflasi tertinggi adalah kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Esthi Maharani
Inflasi
Inflasi

REPUBLIKA.CO.ID,  SURABAYA -- Badan Pusat Statistika Jawa Timur (BPS Jatim) mencatat, berdasarkan hasil pemantauan terhadap perubahan harga selama Maret 2019 di 8 kota IHK Jawa Timur, menunjukkan adanya kenaikan harga di sebagian besar komoditas yang dipantau. Hal ini mendorong terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 0,16 persen yaitu dari 134,02 pada Februari 2019, menjadi 134,24 pada bulan bulan selanjutnya.

"Inflasi Maret 2019 lebih tinggi jika dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun 2018. Dimana pada Maret 2018 Jatim mengalami inflasi sebesar 0,06 persen," kata Kepala BPS Jatim, Teguh Pramono saat menggelar konferensi pers di kantornya, Jalan Kedangsari, Surabaya, Senin (1/4).

Teguh menjelaskan, berdasarkan penghitungan angka inflasi di 8 kota IHK di Jawa Timur selama Maret 2019, lima kota mengalami inflasi dan tiga kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Malang yaitu mencapai 0,36 persen. Kemudian diikuti Banyuwangi sebesar 0,17 persen, Kediri sebesar 0,16 persen, Surabaya sebesar 0,15 persen, dan Madiun sebesar 0,14 persen.

"Sedangkan kota yang mengalami deflasi antara lain Probolinggo sebesar 0,12 persen, Sumenep sebesar 0,07 persen, dan Jember sebesar 0,06 persen," ujar Teguh.

Jika dibandingkan tingkat inflasi kalender (Januari-Maret) 2018 di 8 kota IHK Jawa Timur, sampai dengan Maret 2019, Banyuwangi merupakan kota dengan inflasi tahun kalender tertinggi. Yaitu mencapai 0,48 persen. Sedangkan kota yang mengalami inflasi kalender terendah adalah Probolinggo yang mengalami deflasi sebesar 0,14 persen.

Teguh melanjutkan, Pada Maret 2019, dari tujuh kelompok pengeluaran, enam kelompok mengalami inflasi dan satu kelompok mengalami deflasi. Inflasi tertinggi adalah kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan sebesar 0,55 persen. Kemudian diikuti kelompok Kesehatan sebesar 0,36 persen.

Selanjutnya ada kelompok Sandang sebesar 0,27 persen, kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau sebesar 0,24 persen, kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar, serta kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olah raga masing-masing sebesar 0,02 persen. Sedangkan kelompok yang mengalami deflasi adalah kelompok Bahan Makanan yaitu sebesar 0,08 persen.

Tiga komoditas utama yang mendorong terjadinya inflasi pada Maret 2019 ialah angkutan udara, bawang putih, dan bawang merah. Setelah pada bulan sebelumnya mengalami deflasi, pada Maret 2019 tarif angkutan udara mengalami kenaikan sehingga menjadi pendorong utama terjadinya inflasi.

"Harga bawang putih dan bawang merah mengalami kenaikan pada bulan Maret disebabkan oleh kurangnya pasokan yang ada di pasar," ujar Teguh.

Adapun, tiga komoditas utama yang menghambat terjadinya inflasi ialah beras, daging ayam ras, dan mujair. Harga beras mulai mengalami penurunan akibat mulainya musim panen di beberapa daerah penghasil beras. Komoditas lain yang juga mengalami penurunan harga adalah daging ayam ras dan mujair.

"Pada bulan sebelumnya, harga ikan mujair mengalami kenaikan dan menjadi salah satu faktor pendorong inflasi. Namun pada bulan Maret, harganya berangsur turun sehingga turut menahan laju inflasi bulan ini," kata Teguh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement