REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA – Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, menjadi perwakilan Indonesia sebagai pembicara dalam St Petersburg International Educational Forum ke-10 di Rusia.
Forum berskala internasional yang berlangsung pada 25–29 Maret 2019 itu, bertujuan membahas berbagi isu-isu pendidikan dari berbagai penjuru dunia. Lebih dari 20 ribu warga Rusia dan puluhan negara di dunia ambil bagian pada forum itu.
Di awal paparannya, Risma menjelaskan pengalamannya pada tahun pertama dia menjabat sebagai wali kota. Surabaya memiliki berbagai tantangan terkait kemiskinan.
Lebih dari 30 persen masyarakat hidup di bawah garis kemiskinan. Di Surabaya saat itu ada enam distrik lampu merah atau area prostitusi yang beroperasi.
"Situasi ini membuat meningkatnya jumlah siswa putus sekolah serta tingkat kenakalan remaja " kata dia dalam siaran persnya kepada Repuublika.co.id, Senin (1/4).
Inisiatif itu dimulai pada 2011. Pemkot Surabaya membuat program pendidikan gratis dari taman kanak-kanak hingga sekolah menengah dan kejuruan, untuk memungkinkan semua anak mengejar pendidikan yang layak. Namun, anak-anak yang tinggal di distrik lampu merah, menunjukkan minat yang sangat rendah ke sekolah.
Untuk mengatasi masalah ini, pihaknya memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk mendaftarkan sekolah gratis yang terletak di tempat terdekat dengan rumah mereka.
“Tidak hanya bebas biaya sekolah, pemerintah kota juga mendukung mereka dengan seragam gratis, tas, sepatu, dan peralatan sekolah lainnya yang dibutuhkan,” ujar Risma.
Namun saat itu, kata dia, anak-anak jalanan masih lebih memilih untuk tidak bersekolah. Karena mereka terbiasa mendapatkan uang dengan menjadi pengemis atau bernyanyi di jalan.
Maka dari itu, pihaknya kemudian membangun tempat perlindungan gratis untuk menampung anak-anak tersebut. Dengan memberikan mereka perawatan yang tepat serta dukungan untuk pengembangan bakat.
Tak hanya itu, untuk membangun masyarakat yang makmur dan inklusif, Pemkot Surabaya membuat strategi peluang belajar agar dapat diakses oleh semua orang, terlepas dari latar belakang ekonomi.
Yakni dengan membangun 1.430 perpustakaan umum dan sudut baca yang tersebar di seluruh kota, termasuk di taman umum dan di daerah perumahan yang miskin.
Pihaknya juga membangun berbagai fasilitas yang mewadahi agar anak-anak mendapat kegiatan positif di luar sekolah.
Seperti membangun Rumah Bahasa, Rumah Matematika, Broadband Learning Center (BLC), serta ruang kerja bersama Koridor, yang tidak hanya digunakan untuk startup, tetapi juga bagi siswa untuk akses materi pembelajaran daring secara gratis.
“Sementara di ruang publik, lebih dari 1.900 tempat wi-fi gratis tersedia untuk menyediakan akses internet yang sehat untuk semua orang,” ujar dia.
Risma juga menyampaikan, perkembangan anak-anak dengan kebutuhan khusus menjadi bagian dari prioritas Pemkot Surabaya. Banyak dari mereka yang berasal dari keluarga miskin, dan beberapa ditinggalkan oleh orang tuanya. Untuk membantu mereka, pihaknya kemudian mengembangkan 78 sekolah inklusi.
Ada juga tempat perlindungan sosial untuk melanjutkan kehidupan dan mengembangkan keterampilan mereka. “Banyak dari mereka menunjukkan bakat yang luar biasa dalam melukis dan kami sering meminta mereka untuk melukis potret tamu kami yang datang dari negara lain, termasuk wali kota dan duta besar,” ujar Risma.
Risma juga percaya, setiap anak adalah unik dan memiliki bakat serta keterampilan yang berbeda untuk berkembang. Untuk mendukung hal ini, Pemkot Surabaya menyiapkan berbagai pelatihan keterampilan, seperti olahraga, seni, dan musik di ruang publik seperti balai kota dan taman kota.
“Kami memiliki 479 lapangan olahraga yang disediakan secara gratis serta 63 sekolah sepak bola di seluruh kota,” kata dia.
Risma juga menjelaskan, Kota Surabaya telah menerapkan program pendidikan elektronik. Setiap siswa dapat melakukan ujian online, mendapatkan laporan online, dan memungkinkan orang tua untuk memantau kinerja anak-anak mereka di sekolah setiap hari menggunakan platform online tersebut.
“Selain berfokus pada kurikulum sekolah, kami juga menyelenggarakan kompetisi reguler tentang robotika dan penelitian, serta pekan seni pertunjukan siswa untuk menampilkan bakat mereka dalam tarian tradisional, membaca puisi, bermain musik, drama, dan sebagainya,” ujar Risma.